Advertorial
Intisari-Online.com – Perkenalkan namanya adalah Susan Potter.
Sebelum kematiannya, wanita berusia 87 tahun asal Texas tersebut berkata kepada dokter bahwa ia bersedia menyumbangkan tubuhnya untuk mahasiswa kedokteran.
Pada 15 Februari 2015, beberapa saat setelah kematiannya karena pneumonia, dokter pun mengambil mayat Potter dan menaruhnya ke dalam freezer dengan suhu minus 26 derajat Celcius.
Lalu apa yang dokter lakukan pada tubuh Potter?
Majalah National Geographic edisi Januari 2019 seperti dilansir dari iflscience.com pada Selasa (18/12/2018) pun menceritakan apa yang dilakukan dokter pada tubuh Potter.
Dalam artikel disebutkan bahwa mayat Potter disebut ‘an immortal corpse’ atau ‘mayat abadi’.
Dilaporkan mayat Potter dipotong menjadi 27.000 bagian dan menjadi proyek mahasiswa kedokteran yang disebut Visible Human Project.
Masing-masing dari 27.000 bagian tersebut berukuran sangat tipis. Bahkan mata manusia akan kesulitan melihatnya.
Sehingga hanya komputer yang bisa memindainya. Sebab, memang bagian-bagian tubuh Potter akan dibentuk seperti semacam rekaman digital.
Nantinya bentuk semacam itu bisa digunakan oleh mahasiswa kedokteran terus menerus.
Selagi mereka melakukan pemeriksaan pada tubuh Potter, mereka juga melihat rekaman video yang berisi curhatan Potter tentang dirinya selama hidup, penyakitnya, dan keputusannya untuk menyumbangkan tubuhnya.
Ini dilakukan agar mahasiswa kedokteran bisa mencari tahu bagian tubuh dengan baik.
Baca Juga : Awasi Mainan Anak Anda! Bocah Ini Kehilangan Salah Satu Matanya Karena 'Tertembak' Pistol Mainan
Tercatat, Potter bukanlah orang pertama yang tercatat pernah menjadi Visible Human Project.
National Geographic melaporkan sebelum Potter ada beberapa orang yang pernah melakukannya. Salah satunya adalah Joseph Paul Jernigan.
Dilaporkan pria berusia 39 tahun yang dipilih karena dia meninggal secara tidak wajar.
Sehingga jenazahnya dibuat sebagai contoh yang baik dari mayat yang tampak sehat.
Mayat Joseph sendiri dipotong ke dalam hanya 2.000 iris, masing-masing tebalnya satu milimeter, pada tahun 1993.
Selain Joseph, ada juga mayat seorang wanita tanpa identitas berusia 59 tahun.
Dikabarkan wanita tersebut meninggal karena penyakit jantung dan tubuhnya dipotong menjadi 5.000 bagian dengan ketebalan masing-masing 33 mm pada 1994.
Mengira tidak bisa hidup lama
Pada dasarnya, jarang ada orang mau menyumbangkan mayat mereka ke ilmu kedokteran. Jadi, apa yang dilakukan Paul bisa dibilang cukup mengagetkan.
Sebelum meninggal dunia, Paul bercerita pada tahun 2000 bahwa dia mengira tidak bisa hidup lama.
Baca Juga : Bosan Jadi Pensiunan, Nenek Berusia 84 Tahun Ini Lanjut Kuliah dan Berhasil Lulus
Ini dikarenakan ia mengalami banyak masalah kesehatan, seperti mastektomi ganda, melanoma, operasi tulang belakang, diabetes, penggantian pinggul dan bisul.
Namun faktanya ia bisa melanjutkan hidup 15 tahun lamanya sebelum meninggal dunia pada tahun 2015 di usia 87 tahun.
Selama periode itu (dari tahun 2000 hingga 2015), dia menjadi dekat dengan peneliti yang terlibat dalam proyek, termasuk para mahasiswa kedokteran.
Ketika tiba-tiba Potter dikabarkan meninggal dunia, peneliti meminta agar para mahasiswa kedokteran segera menemukan mayat Potter.
Mereka harus bergegas cepat untuk menemukan mayat Potter dan membuatnya beku agar pengawetan bekerja.
Setelah ditemukan, mayat Potter dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu minus 26 derajat Celcius dan berada di sana selama dua tahun lamanya.
Lalu setelahnya mereka melakukan proses pemotongan tubuh.
Langkah pertama, mereka membagi tubuh Potter menjadi dua bagian. Lalu masing-masing dipotong sekitar 115 cm atau seperempat bagian.
Dan pada akhirnya dipotong sangat tipis agar membentuk rekaman digital.
Baca Juga : Otak Kiri atau Kanan Anda yang Lebih Dominan? Coba Cek dengan Tes Psikologi di Bawah Ini