Kembali pada soal makanan. Makanan kesukaan yang seolah-olah menjadi makanan pokok sehari-hari ialah sukun bakar. Proses pemasakan cukup sederhana. Sukun yang masih hijau lengkap dengan kulitnya, dibakar. Setelah masak langsung ukun itu dibelah dengan tangan, dan dimakan tanpa tambahan apapun.
Mangga Timtim jangan disamakan dengan mangga arumanis atau mangga kopyor sekali pun. Bentuknya kecil hampir seperti mangga lali jiwo/gurih, dan banyak seratnya. Tetapi pagi-pagi hari kurang lebih jam 06.00 - 07.00 kami kadang-kadang melihat orang Timtim makan mangga bahkan yang muda yang masih putih warnanya.
Sarung, pakaian pokok wanita .
Sekarang, cara berpakaian orang Timtim tak ubahnya seperti kita di sini. Tetapi ada ciri khas . masyarakat wanita pedesaan Timtim. Meskipun sudah memakai rok sampai bawah lutut, tetapi tetap berkain sarung. Sarung tersebut dipakai seperti pria jawa memaki sarung. Walau hawa panas tidak perduli, sarung tetap melekat pada badan.
Baca Juga : Ingin Menjaga Hubungan Dengan Pasangan Tetap Panas? Ini Yang Bisa Anda Lakukan
Selain sarung asli tenun Timor sendiri, juga mereka gemar memakai sarung cap/palekat atau batik dari Jawa. Dan memang Pemerintah membagi kain sarung, terutama untuk penduduk pedesaan.
Seperti halnya wanita Bali, maka wanita Timtim juga mempunyai kepala yang serba guna. Untuk membawa air dalam "klenting" cukup ditaruh di atas kepala. Juga membawa beras yang lebih kurang 25 kg beratnya. Sayuran atau mangga yang jumlahnya hanya satu pun dibawa di atas kepala.
Anti menangis
Sampai saat ini belum ada balai pengobatan di tingkat kecamatan. Dcngan adanya tim kesehatan ini, berduyun-duyun rakyat datang. Tiap han rata-rata kami mengobati 400 - 500 penderita, kadang-kadang enam ratus penderita lebih.
Baca Juga : 9 Tanda Kekasih Anda Bukan Jodoh yang Tepat, Termasuk Tidak Disukai Teman Anda!
Kebanyakan penderita dengan keluhan panas dan menggigil. Memang malaria sudah endemik di sini. Di samping itu tidak kurang 60% penduduk mempunyai borok. Dari penderita borok tersebut, rata-rata tiap orang mempunyai 2 borok dengan ukuran rata-rata sebesar uang benggol.
Bahkan ada yang meluas dari pertengahan tungkai bawah sampai jari kaki. Di samping itu ada penderita yang mempunyai 12 buah borok.
Penyakit yang menyerang anak umumnya penyakit cacing, askariasis. Hampir 100% tiap anak mempuhyai cacing. Dengan sekali minum obat, rata-rata keluar 20 cacing. Ada yang mengeluarkan cacing sampai sebanyak 37 ekor.
Yang membuat saya heran ialah sikap anak-anak waktu diobati. Mereka biasanya datang sendiri tanpa diantar orang tuanya atau saudaranya. Meskipun umur 5-6 tahun, mereka tidak takut untuk wawancara dengan dokter.
Baca Juga : Diolok-olok Sebagai Pembunuh Berantai, Ayah Ini Punya Alasan Mengharukan di Balik Tatonya
Mereka menjawab semua pertanyaan tanpa ragu-ragu. Dan yang lebih mengherankan, tidak ada satu pun yang menangis waktu disuntik. Nah, itulah kelebihan, anak Timtim. Sifat kecengengan jauh dari mereka.
Urutan data penyakit dan masalahnya
Penyakit malaria menduduki tempat teratas dalam urutan penderita yang berobat. Kemudian borok, disusul penyakit cacing. Baru kemudian penyakit saluran napas atas misalnya batuk pilek. Urutan ke lima penyakit diare, radang mata, kurang darah. Malnutrisi tidak kelihatan menyolok.
Dengan melihat macam-macam penyakit tersebut, jelas timbulnya penyakit adalah akibat kurang kebersihan diri dan kebersihan lingkungan seperti halaman, rumah, jalan-jalan yang sangat jelek.
Baca Juga : 9 Tanda Kekasih Anda Bukan Jodoh yang Tepat, Termasuk Tidak Disukai Teman Anda!
Ditambah pengetahuan tentang makanan sehat yang nihil dan faktor sosio-budaya yang belum memungkinkan. Di samping juga faktor tenaga kesehatan yang hampir dapat dikatakan sangat kurang, bahkan tidak ada.
Kampanye mandi
Masalah buang air besar merupakan masalah yang paling penting dalam meningkatkan kebersihan lingkungan. Bila kita berjalan-jalan di kota kecamatan Laga, jangan coba-coba menengok ke kanan atau ke kiri, karena sepanjang jalan besar maupun lorong-lorong penuh dengan tumpukan kotoran manusia, yang baunya sudah barang tentu menusuk hidung.
Mengapa rakyat di situ terbiasa demikian? Karena waktu itu Pemerintah Portugis melarang rakyat buang air di sungai, sebab sungai dipergunakan untuk mandi, cuci, dan air minum.
Baca Juga : Pria Nepal Ini Dapat Jilat Dahinya Sendiri Sampai Buat Anak-anak Ketakutan dan Kencing di Celana!
Sayangnya, perintah ini tidak diteruskan dengan perintah untuk buang air di kakus. Maka akhirnya sudah menjadi kebiasaan. Ini tentu saja sulit untuk diubah secara cepat. Meskipun di kecamatan Quelicai hal demikian sudah hampir berkurang.
Ini oleh karena tindakan Koramil dan Camat setempat yang cukup tegas bahkan dengan kekerasan. Akhirnya rakyat sanggup untuk jongkok di kakus.
Mereka paling-paling seminggu hanya mandi satu kali. Dan pakaian pun baru dicuci setelah berbulan-bulan. Dengan penyuluhan yang terus-menerus akhirnya sikap ini dapat diubah sedikit demi sedikit.
Segala macam cara dicoba diterapkan. Antara lain, bila ingin minta surat pada Kecamatan/Koramil, diharapkan mandi dulu. Atau yang belum mandi tidak akan diobati sakitnya. Keberhasilan ini dapat dibuktikan dengan larisnya sabun mandi. (K. Tatik Wardayati)
Baca Juga : Surat untuk Santa Claus: Anak Ini Ingin Punya Wajah Baru di Hari Natal Agar Bisa Pergi ke Sekolah
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR