Advertorial

Bukan Gosipin Pacar, Tapi di Kafe Ini Kita Berbicara Tentang Kematian

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Mentari DP

Tim Redaksi

Pernah dengan Kafe Kematian dengan hampir 20 orang berkeliaran di sekitar dua meja yang penuh dengan makanan?
Pernah dengan Kafe Kematian dengan hampir 20 orang berkeliaran di sekitar dua meja yang penuh dengan makanan?

Intisari-Online.com - Sebuah restoran Maroko yang terselip di sisi jalan yang tenang dekat Times Square, hidup dengan percakapan-percakapan.

Hampir 20 orang berkeliaran di sekitar dua meja yang penuh dengan makanan dan minuman sambil tertawa-tawa.

Namun siapa sangka, itu adalah sebuah Kafe Kematian, tempat segala hal tentang kematian diperbincangkan dengan terbuka.

Ya, tidak seperti kafe kebanyakan yang melibatkan pembicaraan kecil dengan orang asing.

Baca Juga : Kisah Suami yang Ingin Cari Istri Baru, Namun Batal Setelah Istrinya Mengatakan Hal Ini...

Di sini yang terjadi adalah renungan filosofis tentang kehidupan pasca kematian hingga komponen fisiologis kematian.

"Ketika tubuh sekarat ada banyak ... sekresi," kata Tanya, seorang perawat yang bekerja di unit perawatan intensif di rumah sakit setempat.

"Kami kadang-kadang memberi pasien obat untuk mencoba mengeringkan dan menghentikan mereka dari guncrukan."

"Apakah itu yang mereka sebut kematian berderik?" Seseorang bertanya dari seberang meja.

Namun tidak semua pengunjung Cafe Death atau Kafe Kematian itu berasal dari profesi yang berhubungan dengan kematian.

Baca Juga : Lahir dengan Satu Hati dan 'Dipisahkan' pada Usia 6 Minggu, Kembar Siam Ini Kini Tumbuh Mengagumkan

Menurut Nancy Gershman, fasilitator kafe, banyak juga tamu yang datang dari berbagai lapisan masyarakat.

Mulai dari mahasiswa dengan keingintahuan filosofis tentang kematian hingga mereka yang telah menyaksikan sesuatu yang supranatural.

Beberapa orang yang datang ingin memahami kematian dengan lebih baik untuk mempersiapkan diri mereka sendiri.

Didirikan secara resmi pada tahun 2011, Kafe Kematian yang asli muncul sebagai gagasan dari pendirinya, Jon Underwood, di rumahnya di London Timur.

Orang-orang asing mulai berkumpul di ruang bawah tanah di rumah Underwood untuk minum teh, mengunyah kue, dan dengan santai membicarakan kematian.

Sebelum meninggal secara mendadak akibat leukemia yang tidak terdiagnosis pada tahun 2017, Underwood dan ibunya menciptakan pedoman dan protokol yang mudah diakses sehingga siapa pun dapat membuat Kafe Kematian dalam komunitas mereka sendiri.

Sejak itu, lebih dari 7.300 kafe telah muncul di lebih dari 60 negara.

Hal itu sekaligus mengindikasikan adanya 'demam kematian' di mana manusia ingin mengatasi hasrat mendalam untuk memahami kematian, yang selama ini telah diabaikan atau dihindari.

Baca Juga : Tragis, Seorang Wanita Tewas Setelah Operasi Bypass Lambung Agar Terlihat Kurus di Hari Pernikahannya

Sejak lama, manusia membisu tentang topik ini selama berabad-abad.

Yang menyebabkan manusia enggan membahas kematian dikarenakan itu adalah hal nyata yang mengerikan.

Karena kematian akan ilusi-ilusi nyaman yang melekat pada banyak dari kita.

Keanehan berbicara tentang kematian, melampaui fakta bahwa itu adalah salah satu topik tabu dalam kebudayaan mana pun.

Sementara dengan menyediakan ruang dan menjadikan topik kematian sedikit lebih terbuka, maka itu juga membantu kita memahaminya dan merencanakan kematian.

Meski kita tak bisa mencegah terjadinya kematian kelak.

Jadi perencanaan untuk kematian memang menakutkan namun juga perlu.

Satu hal yang pasti, membahas kematian akan menjadi tidak terlalu mengerikan dan mudah dijalani ketika ada makanan, minuman, dan camilan seperti yang disediakan oleh Kafe Kematian.

Baca Juga : Ini 7 Manfaat Minyak Zaitun, Dapat Cegah Stroke, Jantung, dan Diabetes

Artikel Terkait