Dan sementara gempa bumi mencatat "celah-celah" yang pendek, peristiwa 11 November tampak lebih seperti gema "frekuensi rendah."
Pemerhati gempa bumi di Selandia Baru adalah salah satu orang pertama yang memperhatikan aktivitas yang tidak biasa itu.
Stephen Hicks, seorang ahli seismologi di Universitas Southampton, kemudian men-tweet:
Baca Juga : Dalam 3 Hari, Terjadi 6 Kali Gempa Bumi, 4 di Antaranya Terjadi di Pulau Sulawesi
"sesuatu yang besar, namun anehnya lambat, mengirimkan kegemparan seismik di sekitar permukaan Bumi kemarin."
Sejauh ini, setidaknya satu ahli tampaknya berpikir bahwa dia telah memecahkan misteri itu.
Konsultan seismologi independen Anthony Lomax mengatakan kepada Daily Mail bahwa aktivitas "hampir pasti" disebabkan oleh gunung berapi bawah laut timur Mayotte.
Closest easily available BRB seismic station is GE SBV in north Madagascar. pic.twitter.com/eoYXb7xbl8
— Anthony Lomax ???????????? (@ALomaxNet) November 11, 2018
"Telah ada aktivitas seismik tingkat rendah di sana sejak Mei," katanya.
"Inflasi / deflasi dan runtuhnya gunung api kaldera, serta pergerakan magma di bawah gunung berapi dapat menghasilkan berbagai sinyal seismik," katanya.
Hal itu termasuk periode panjang dan gelombang berulang seperti yang diamati pada 11 November.
Baca Juga : Hanya Selang Beberapa Hari, 2 Fenomena Alam Ini Terjadi di Depok
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR