Orang yang tertimpa malapetaka cenderung untuk mengucilkan diri, iri kepada orang-orang yagn lebih beruntung dan menyakiti diri sendiri.
Dengan berdoa bersama-sama, kita bisa tetap berhubungan dengan orang-orang lain yang mempunyai keprihatinan yang sama, nilai-nilai yang sama, cita-cita yagn sama dan penderitaan yang sama.
Kita bisa berbagi kesedihan, ketakutan, dan juga kesenangan. Kalau kita merasa sendirian, kita akan diingatkan bahwa kita merupakan bagian dari masyarakat dan ada orang-orang yang menaruh perhatian kepada kita.
Doa juga tetap membuat kita berhubungan dengan Tuhan. Kita mendekati Tuhan bukan sebagai peminta-minta atau seperti orang menawarkan barang dan menanyakan harganya, “Tuhan, saya perlu ini, ini dan ini. Kalau Tuhan berikan, saya akan rajin beribadah, saya akan beramal."
Doa terutama bukan untuk meminta Tuhan untuk mengubah sesuatu atau menyuapNya.
Orang yang berdoa untuk minta mukjizat akan kecewa, begitu juga yang meminta musuh dilumpuhkan.
Namun, mereka yang berdoa untuk meminta ketabahan, meminta kekuatan untuk bisa memikul beban yang rasanya sudah tidak tertahankan, untuk menghargai apa-apa yang masih tersisa pada mereka — bukan yang hilang — sering doa mereka terjawab.
Mereka mendapatkan bahwa mereka mempunyai kekuatan lebih besar daripada yang mereka duga.
Janda yang pada hari pemakaman suaminya merasa sudah tidak mempunyai keinginan untuk hidup, beberapa minggu kemudian bisa bangun pagi-pagi untuk menghadapi hari-hari selanjutnya.
Baca Juga : Kekuatan Doa! Guru Ngaji di Tanjung Redeb Minta Anak Perempuan Eh Oleh Tuhan Diberi Empat Sekaligus
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR