"Meskipun angin musim hujan yang terus berubah membuat pertanian sulit di Lembah Indus, tapi di kaki bukit kelembapan dan hujan tetap datang lebih teratur," ungkap Liviu Giosan, ahli geologi dari Woods Hole Oceanographic Institute dikutip dari Science Alert, Senin (19/11/2018).
"Ketika badai musim dingin dari Mediterania menghantam Himalaya, mereka menciptakan hujan di sisi Pakistan, dan mengisi air sungai-sungai kecil di sana. Dibanding banjir pada musim hujan yang dimanfaatkan warga Harappa di Lembah Indus, itu adalah air yang relatif sedikit, tapi setidaknya bisa diandalkan," imbuhnya.
Pencarian Bukti Bukti pergeseran iklim ini diketahui para peneliti dari sedimen kuno dari bahwa dasar Laut Arab. Giosan dan timnya mengambil sampel inti dari beberapa lokasi.
Mereka mempelajari lapisan sedimen tersebut untuk mencari tanda khusus musim dingin. Tanda yang dimaksud adalah sejenis cangkang dari plankton bersel tunggal yang disebut foraminifera.
Seperti yang diketahui, ketika hujan datang saat musim dingin terjadi, ada lonjakan dalam kehidupan tumbuhan dan hewan laut.
Itu karena angin kencang saat hujan membawa nutrisi ke dalam lautan.
Baca Juga : Terbiasa Membunuh, Inilah 4 Prajurit Viking Terbengis Sepanjang Masa
Fosil-fosil dalam inti sedimen ini yang membuktikan adanya angin musim dingin pada masa tersebut.
Karena lingkungan tersebut rendah oksigen, DNA tersebut terawetkan dengan baik.
"Nilai pendekatan ini adalah memberi Anda gambaran keanekaragaman hayati masa lalu dengan mengandalkan sisa kerangka atau catatan fosil," kata William Orsi, ahli paleontologi dan geobiologi dari Ludwig Maximilian University (LMU) Jerman.
Punahnya Peradaban Harappa Meski telah berpindah ke kaki gunung Himalaya, warga Harappa tetap tidak bisa menghentikan perubahan iklim.
Wilayah baru yang mereka tinggali juga tidak bisa menopang dalam jangka waktu panjang. Hujan di sana akirnya mengering hingga peradaban Harappa punah.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR