Sersan Mayor (Serma) Marinir Herman yang menjadi bintara kesehatan menceritakan pengalamannya di Aceh Timur 2001-2003 ketika temannya terkena tembakan di kaki dalam pertempuran.
Herman melakukan menghentikan pendarahan, lalu memasang cairan infus dan segera mengevakuasi teman prajuritnya dengan cara dengan dibopong.
Hal itu menjadi tanggung jawab yang berat.
Kisah selanjutnya adalah Kopral Dua (Kopda) Marinir Juhara yang menyaksikan berbagai luka akibat pertempuran sebagai prajurit kesehatan saat operasi di Aceh Utara tahun 2004.
Walaupun menggunakan body vest, tembakan yang berasal dari samping menembus badannya.
Sebagai prajurit kesehatan, dirinya harus bersiap siaga dalam kondisi terburuk sekalipun.
Cerita lain berasal dari Kopda Juhara yang memberikan pertolongan kepada prajurit karena terluka tembakan di paha kanan.
Tembakan itu memotong pembuluh arteri sehingga darah memancar deras. Juhara lantas mengevakuasi dan menghentikan pendarahan dalam operasi.
Itulah beberapa kisah prajurit kesehatan Marinir yang berjuang dalam pertempuran. Pasukan di garis belakang dipanggil untuk mengirim tenaga tandu (stretcher bearer), mengevakuasi.
Sebagai salah satu prajurit kesehatan yang tak banyak dikenal, namun jasanya diperlukan dalam operasi perang maupun tugas kemanusiaan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Dokter Neraka "Korps Marinir", Tenaga Medis di Medan Perang...",
Source | : | kompas |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR