Advertorial

Gawat, Data Satu Juta Pengguna Facebook di Indonesia Telah Dicuri

Yoyok Prima Maulana

Editor

Indonesia termasuk salah satu negara dengan kebocoran data facebook terbesar.
Indonesia termasuk salah satu negara dengan kebocoran data facebook terbesar.

Intisari-online.com - Facebook belakangan mendapat sorotan dunia internasional lantaran mengalami kebocoran data sebagian penggunanya ke perusahaan pihak ketiga bernama Cambridge Analytica.

Bocoran informasi pribadi dari para pengguna facebook tersebut lantas digunakan sebagai senjata untuk keperluan politik, dengan membentuk opini tertentu di jejaring sosial.

Jumlah persis dari pengguna Facebook yang datanya bocor dalam kasus tersebut belum diketahui pasti, hingga kemudian pada 4 April kemarin Facebook merilis keterangan bahwa angkanya bisa kisaran 80 juta pengguna.

“Secara total, kami pikir informasi Facebook 87 juta orang -kebanyakan di Amerika Serikat- kemungkinan telah dibocorkan ke Cambridge Analytica,” tulis Facebook.

BACA JUGA:Tak Perlu Bingung, Begini Cara Menyimpan Video Facebook di Ponsel Tanpa Aplikasi

Indonesia termasuk salah satu negara dengan kebocoran data Facebook terbesar.

Menurut Facebook, data milik lebih dari 1 juta pengguna media sosial tersebut di Tanah Air telah bocor ke Cambridge Analytica.

Indonesia duduk di urutan ketiga dalam hal ini, setelah Amerika Serikat dengan kebocoran data 70,6 juta pengguna Facebook dan Flipina dengan kebocoran data 1,1 juta pengguna Facebook.

Negara-negara lain dalam daftar lokasi kebocoran data pengguna Facebook termasuk Inggris, Meksiko, Kanada, India, Brasil, Vietnam, dan Australia yang masing-masing paling tidak mencatat angka ratusan ribu.

Kendati demikian, pihak Facebook mengatakan tidak mengetahui persis data apa saja yang dibocorkan ke Cambridge Analytica. Jumlah pengguna dalam grafik di atas merupakan perkiraan yang dinilai terbaik untuk mencakup angka maksimal dari akun yang terdampak.

BACA JUGA:Takut Diselingkuhi? Ini Cara Mudah Menyadap Whatsapp Pasangan

Pembatasan akses data Menyusul kebocoran data tersebut, dalam keterangannya, Facebook turut menguraikan langkah-langkah preventif untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.

Caranya secara garis besar adalah membatasi akses data pengguna Facebook melalui API (application programming interface) untuk digunakan di aplikasi lain seperti Instagram maupun pihak ketiga.

Fitur pencarian akun dengan mengetikkan nomor telepon atau alamat e-mail lewat layar login Facebook, misalnya, kini dihapus karena dinilai sering disalahgunakan dan membahayakan data pengguna.

Fitur yang satu ini memang sering dimanfaatkan orang lain yang ingin masuk akun pengguna dengan berpura-pura lupa password. Seperti dalam kasus pengguna yang tiba-tiba mendapat SMS berisi kode reset password.

Dari segi pengiklan, Partner Categories yang memungkinkan penyedia data pihak ketiga menawarkan tergeting secara langsung di Facebook telah dihapus pada pekan lalu.

Sementara, kemampuan akses data dari API untuk membuat Events, Groups, Pages, juga Instagram ikut disunat.

BACA JUGA:Tanda-tanda Pasangan Hanya Memanfaatkan Anda, Salah Satunya Mungkin Sedang Anda Rasakan

Call history untuk orang-orang yang dikontak pengguna melalui aplikasi Messenger atau Facebook Lite di Android akan secara rutin dihapus begitu umurnya melewati satu tahun.

Server Facebook juga hanya akan menerima data yang memang dibutuhkan untuk menjalankan fitur ini saja, bukan informasi detil seperti waktu panggilan.

Terakhir, pada 9 April mendatang, Facebook bakal menyajikan sebuah tautan khusus di bagian atas News Feed.

Fungsinya adalah untuk menunjukkan kepada pengguna aplikasi mana saja yang mereka pakai dan informasi pribadi seperti apa yang diakses oleh aplikasi-aplikasi tersebut. Apabila tidak diinginkan, pengguna bisa menghapus aplikasi yang bersangkutan. (Oik Yusuf)

BACA JUGA:(Foto) Inilah 6 Kejadian Mengerikan yang Pernah Tertangkap Oleh Kamera 'Drone', Termasuk Saat Seseorang Dipenggal

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Data 1 Juta Pengguna Facebook Indonesia Dicuri Cambridge Analytica."