Kopda Syamsul Bahri dan Pratu Ali Fikri melambung ke kiri sambil melancarkan tembakan gencar untuk pembersihan.
(Baca juga: Mengenali Jenis Pasukan Tempur TNI Angkatan Darat Berdasarkan Warna Baret)
Benar saja, tiba-tiba tampak sekelebat dua orang berlari. Satu orang sambil menembakkan senapan M-16 ke atas dan tidak terarah.
Tim terus mengejar. Sampailah mereka di pinggir jurang dekat laut. Musuh meloncat ke situ dan bersembunyi di balik batu.
Menghadapi musuh yang telah bersembunyi dan siap melancarkan serangan balasan, tim Kostrad memang harus bertempur dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan.
Tandyo memerintahkan Syamsul dan Ali terjun ke jurang. Sedangkan Pratu Sudarlen diperintah menjaga di bibir jurang dengan senapan siap menyalak.
Tiba-tiba satu musuh berambut kribo menyerang Ali dengan dua kali tembakan, namun tidak mengena.
Lalu ia mengarahkan senjata lagi ke Ali yang sudah berada satu meter darinya. Ali tidak mungkin lolos dari terjangan peluru tapi terus menyerbu maju.
Tapi mujur kali ini senjata si rambut kribo ternyata macet. Syamsul segera menarik Ali dan menembak si rambut kribo dua kali.
Tak mau ambil risiko, Syamsul merebut senapan dari tangan musuh. Lalu ia mundur digantikan Ali Fikri yang memberondongkan tembakan.
Keduanya pun kembali ke atas. Pada saat itu, satu orang musuh tampak berlari.
(Baca juga: Pemulung Itu Ternyata Seorang Veteran Operasi Seroja yang Dulu Bertugas di Timor Timur)
Tanpa pikir panjang, tim menembaknya dan kena. Sementara di rambut kribo masih terus bergerak-gerak.
Akhirnya dilemparlah satu granat ke arahnya. Dia terpental dan tersungkur di bawah pohon asam jawa. Sekujur tubuhnya melepuh terbakar, tapi rambutnya tetap utuh.
Setelah diidentifikasi oleh tim khusus, ia adalah Rodax TT, Komandan Uni Dade Sektor Laga, GPK Tim-tim yang sangat berbahaya dan paling dicari saat itu.
Sumber: Dispen Kostrad, dan pernah tayang di Majalah Angkasa
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR