Advertorial
Intisari-Online.com -"Mulutmu adalah harimaumu." Begitu pepatah lama menggambarkan betapa isi dan cara berbicara bisa menentukan nasib Anda selanjutnya.
Makanya, hindari kalimat pemicu konflik dengan pasangan.
Tak cuma bagi pasangan baru, pasangan yang sudah menikah belasan tahun pun masih belum "bebas" dari bahaya salah ucap ini.
Bahkan, pasangan yang berbahagia sekalipun masih harus tetap berhati-hati saat berbicara kepada pasangan mereka, serta harus menjaga cara berbicara.
(Baca juga: Setelah Berjam-jam Bedah Tengkorak, Dokter Ini Baru Sadar Telah Operasi Pasien yang Salah)
Mereka juga mesti berhati-hati tatkala merespons kata atau kalimat yang dilontarkan pasangan.
"Komunikasi pasangan suami istri memang tak selalu mudah dan rentan menjadi sumber konflik," kata Jean Grossman, seorang life coach.
Tidak semua orang akan menangkap pesan yang sama pada sebuah kata atau kalimat yang sama.
Ditambah, cara pengucapan yang juga memengaruhi respons atau persepsi pendengar.
Kalimat yang disampaikan dengan penuh perhatian pasti berbeda dengan kalimat yang disampaikan sambil marah-marah, bukan?
Ada beberapa kalimat atau kata yang sebaiknya tak disampaikan ke pasangan.
Dalam kondisi sedang bermasalah dengan pasangan, kalimat yang tanpa maksud apa-apa pun bisa terdengar panas di telinga.
Berikut, kalimat pemicu konflik dengan pasangan:
(Baca juga: Terkena Serangan Jantung saat Sendirian, Cara Pria Ini Selamatkan Nyawa Disebut 'Sangat Jenius')
1. "Terserahlah..."
Kalimat ini sepertinya terdengar biasa saja. Padahal, jika kalimat atau kata ini disampaikan saat pasangan meminta pendapat atas suatu isu penting dan mendesak, maka jawaban ini bisa saja membuat pasangan beranggapan bahwa Anda tak memerhatikan dan tak menghargainya.
Beruntung jika Anda berdua sedang sama-sama dalam keadaan relaks. Bagaimana jika Anda berdua sedang dalam kondisi dan mood yang kurang bagus?
Bisa ditebak, perdebatan panjang pun bisa tak terelakkan. Solusinya adalah coba menaruh perhatian saat pasangan meminta pendapat atau bertanya mengenai sesuatu hal yang penting.
Beri pendapat sebisa mungkin, tanpa kesan dibuat-buat, sehingga pasangan merasa dihargai dan disayang.
2. "Kayak gitu, kok suka, sih..."
Pada saat kita menikahi seseorang, kita memasuki sebuah hubungan dengan seseorang yang tentu memiliki selera yang tidak sama.
Bisa jadi, pasangan menyukai rumah yang tenang, sementara Anda lebih suka yang ramai.
Atau, Anda suka makanan yang hangat, sementara pasangan sebaliknya.
Ada banyak hal bisa muncul setelah menikah, padahal sebelumnya Anda sama sekali tak pernah menemui hal-hal tersebut.
Jadi, jangan buru-buru mengucapkan kalimat, "Kayak gitu, kok suka, sih..." tatkala Anda mendapati pasangan tengah menekuni atau mengerjakan aktivitas yang sangat ia sukai tapi tak Anda sukai.
Menurut Grossman, memahami dan mengerti kebiasaan serta hobi pasangan merupakan saat-saat paling kritis dalam perkawinan.
Salah-salah, bisa memicu konflik besar. Ada baiknya Anda berupaya untuk memahami kebiasaan tersebut.
Syukur-syukur jika Anda malah ikut menyukai aktivitasnya.
3. "Kamu tidak cocok pakai baju itu..."
Kalimat ini tidak akan menjadi masalah jika saja pasangan memang seorang yang tidak menyukai basa-basi dan terbiasa to the point untuk semua urusan.
Tapi, jangan coba-coba mengucapkan kalimat ini jika pasangan Anda seorang pendiam yang sangat sensitif dan tidak suka dikritik.
Ia pasti akan merasa dilecehkan dan "terluka", sekaligus mematikan mood-nya yang barangkali justru tengah bagus dan sangat nyaman dengan busananya sebelum Anda mengeluarkan komentar.
Cobalah lebih menghargai selera dan penampilan pasangan sepanjang tidak keterlaluan.
Misalnya, saat ia memakai baju yang memang tidak sesuai dengan acara yang hendak dihadiri.
Apa salahnya Anda memuji penampilannya? Paling tidak, hindari mengucapkan kalimat tadi.
4. "Kan, aku yang cari uang lebih banyak..."
Kalimat di atas tidak layak diucapkan ke pasangan, kecuali Anda berdua sedang berada di depan galeri gadget dan tengah bergurau tentang siapa yang layak mendapatkan smartphone terbaru.
Tapi, jika tidak, apalagi jika Anda berdua sedang beradu argumen, hindari kalimat ini. Ibarat api, kalimat ini bisa menjadi bensin yang akan semakin menyulut peperangan.
Apa pun masalahnya, jangan mengungkit-ungkit urusan penghasilan, karena ini masalah sensitif.
Ada baiknya berargumen dengan pilihan kalimat lain yang tidak memancing pertengkaran yang lebih besar.
5. "Jangan buka-buka ponselku!"
Telepon genggam, smartphone, atau tablet, kini menjadi piranti canggih yang tak bisa ditinggalkan dari kehidupan sehari-hari.
Di alat canggih tersebut, segala informasi pribadi seseorang tersimpan. Mulai dari daftar kontak sampai e-mail dari kantor.
Namun, sepanjang tak ada yang perlu disembunyikan dari pasangan, tak ada alasan untuk melarang pasangan melihat-lihat atau memakai gadget kita, kan?
Apalagi melarang dengan kalimat seperti di atas.
Memang, masing-masing butuh privasi, bahkan setelah berumahtangga.
Namun, caranya haruslah tepat dan menghindarkan dari risiko konflik.
Misalnya, buatlah kesepakatan di awal bahwa akan menghormati privasi masing-masing.
Tapi, kembali lagi, sepanjang tak ada yang patut disembunyikan, rasanya aneh dan justru menimbulkan kecurigaan, jika Anda tiba-tiba berteriak, "Jangan buka-buka ponselku!"
6. "Jadi, ke rumah ibumu lagi, nih..?"
Mertua atau saudara dari istri bisa jadi bukan sosok yang Anda suka. Entah karena perangainya, atau karena hal lain.
Namun, menghormati keluarga pasangan adalah salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita menghormati pasangan.
Apalagi untuk kita di Indonesia, berkunjung ke rumah mertua atau saudara adalah sebuah kewajiban dan bentuk silaturahmi yang dianjurkan agama.
Jadi, jika mertua atau saudara pasangan tiba-tiba meminta Anda berdua datang pada hari yang tidak tepat, misalnya saat Anda sedang ingin menghabiskan waktu di rumah saja, sebaiknya bicarakan baik-baik dengan pasangan, kemukakan alasan keberatan Anda, dan pilih cara untuk menolak permintaan tersebut dengan halus.
Hindari mengucapkan kalimat, "Jadi, ke rumah ibumu lagi, nih?" dengan nada ketus sebagai bentuk penolakan Anda, apalagi kalau sampai menjelek-jelekkan mertua atau keluarga pasangan.
Bisa jadi, situasi yang sebelumnya hangat-hangat saja, berubah 180 derajat menjadi panas begitu pasangan mendengar "olok-olok" Anda mengenai keluarganya.
Ingat, keluarga Anda adalah keluarga pasangan, begitu pula sebaliknya. Jadi, berusahalah untuk saling menghormati. (Hasto Prianggoro)
(Baca juga: Dari Bertukar Istri Hingga Membunuh Anak, Inilah 10 Hal Mengerikan Dalam Kehidupan Seksual Orang Eskimo)
Artikel ini sudah tayang dinova.grid.iddengan judul "6 Kalimat Pemicu Konflik dengan Pasangan"