Advertorial
Intisari-Online.com -Pada 1960-an pasukan komando TNI AL yang sekarang dikenal sebagai Komando Pasukan Katak (Kopaska) mendapat tugas khusus untuk melaksanakan infiltrasi (penyusupan) ke Irian Barat (Papua).
Papua saat itu masih dikuasai Belanda dan untuk merebutnya, salah satu jalan yang ditempuh pemerintah RI adalah melalui peperangan.
Tapi pasukan komanda AL mengalami kesulitan untuk melaksanakan infiltrasi karena terbatasnya jumlah personel pasukan.
Syarat untuk melaksanakan infiltrasi bagi pasukan komando AL memang berat.
Antara lain mereka harus mampu berenang jarak jauh sambil membawa ransel dan senjata serta setelah tiba di darat bisa bertempur seperti pasukan komando.
(Baca juga:Marinir, Hantu Laut yang Digembleng Bak Petinju dan Jago Bertempur Secara Senyap)
Untuk mendapatkan pasukan berkualifikasi komando dalam waktu singkat maka komando AL meminta personel dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang sekarang dikenal sebagai Kopassus untuk bergabung.
Ketika sejumlah pasukan RPKAD sudah bergabung dengan komando AL maka mereka pun dilatih terlebih dahulu untuk renang jarak jauh.
Ketika akan mulai latihan komandan pasukan komando AL, Mayor Urip Santosa minta agar para personel RPKAD mendapatkan makanan yang bergizi seperti susu, telur, daging, serta madu.
Pasalnya makanan dan minuman berprotein tinggi itu sangat dibutuhkan bagi perenang jauh yang tenaganya bisa terkuras dalam waktu cepat.
Tapi permintaan dari komandan pasukan komando AL ternyata dianggap terlalu mewah oleh komandan RPKAD saat itu, Kolonel Moeng Parhadimulya.
Kolonel Moeng bahkan sering melarang prajurit RPKAD makan dengan lauk telur ayam jika asal-usulnya tidak jelas.
(Baca juga:Ketika Pasukan Khas Laut Malaysia Mengagumi Kopaska yang Pernah Menyerang Malaysia Saat Operasi Dwikora)
Para prajurit RPKAD pun kemudian berenang dengan makan menu sederhana, seperti sayur dan lauk tahu tempe.
Apa yang disampaikan oleh komandan pasukan komando AL ternyata benar. Gara-gara kurang asupan gisi banyak prajurit RPKAD tidak bisa mencapai titik finis saat berenang.
Setelah menu makanan diperbaiki dan rutin latihan maka prajurit-prajurit RPKAD pun bisa berenang jarak jauh sesuai standar yang diterapkan.
Untuk menjadi prajurit TNI AL, khususnya satuan Korps Marinir, syarat utamanya memang harus bisa berenang.
Di satuan Marinir semua prajurit kemudian mendapatkan lagi pendidikan dan teknik berenang .
Bagi para anggota Marinir yang berprestasi kemudian bisa direkrut menjadi anggota pasukan khusus Marinir seperti Intai Amfibi Marinir (Intaifib) dan Datasemen Jala Mengkara (Denjaka).
Untuk memacu prestasi para penenang handalnya, Korps Marinir secara rutin menggelar acara Renang Selat Sunda yang diselenggarakan tiap tahun sejak tahun 1991.
(Baca juga:Bukan Daging, Inilah Menu Makan Siang Paling Enak dalam Pendidikan Komando Marinir yang Sangat Keras Itu)
Lomba Renang Selat Sunda ini sebenarnya merupakan ajang kompetisi antara satuan di lingkungan Korps Marinir demi membina kemampuan tempur prajurit laut.
Untuk mempersiapkan diri para jago renangnya, tiap satuan di Korps Marinir membentuk tim pelatih untuk menggembleng para perenangnya.
Intinya pelatihan yang diberikan adalah melatih kesiapan otot kaki, renang jarak jauh secara rutin, melatih para perenang untuk menghadapi kondisi di luar batas kemampuan, dan tentu saja memberikan menu makanan bergisi tinggi.
Para prajurit Marinir sebenarnya sudah biasa mengkomsumsi makan bergisi tinggi yang berasal dari ikan laut.
Misalnya saja dalam setiap acara open house di markas Marinir penduduk yang datang akan dijamu beragam menu ikan laut yang melimpah di dapur umum.
Para pemasaknya pun adalah prajurit Marinir yang terlatih dan dari sisi cita rasa masakannya. Mereka tidak kalah dibandingkan dengan menu di hotel bintang empat.
Secara psikologis bagi para prajurit yang lebih banyak bertugas di lautan memang butuh makanan yang berbeda.
Intinya “lebih mewah” dibandingkan para pasukan darat karena Marinir bisa mencari ikan sendiri di lautan.
(Baca juga:Prajurit TNI Angkatan Laut, Naik Pangkat Bukannya Diberi Bingkisan Malah Disemprot Air)
Jadi dengan tradisi cara pelatihan berenang yang sudah puluhan tahun dan paham menu penunjang prestasi berenang, maka banyak prajurit Marinir yang mampu berenang melintasi Selat Sunda (39 km).
Apalagi prajurit Marinir sekaligus merupakan pasukan komando yang memiliki motto “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” yang berarti “Di laut dan Darat Kita Jaya”.
Maka kemampuan prajurit Marinir bisa berenang melintasi Selat Sunda memang merupakan prestasi luar biAsa sekaligus masuk akal.