Advertorial
Intisari-Online.com – Sudah tiga tahun Three Buddies berkembang semakin oke. Bisnis event organizer ini dikelola oleh tiga orang sahabat, Agi, Anissa dan Reihan.
Sebagai tim kemampuan mereka memang saling melengkapi.
Agi selalu mematok target tinggi hampir dalam segala hal. Ia selalu menempatkan diri sebagai klien yang bawel. Puncaknya minggu lalu.
Selesai acara, Anissa bilang dengan ketus, “Kali ini kamu kebangetan. Lebih bossy dari klien yang paling rewel.” Lalu tak ada kabarnya.
Reihan pun akhir-akhir ini letoi. Ide-ide cemerlangnya meredup.
(Baca juga:Berambisi Menjadi Selebgram, Wanita Ini Terjerat Utang hingga Rp137 Juta)
“Kalau begini terus, Three Buddies bisa mundur nih,” pikirnya.
Sampai suatu saat Reihan mengajaknya bicara. Diselingi bunyi hujan, Agi mendengarkan. Bagaimana Reihan dan Anissa tak tahan atas pekerjaan yang semakin menyita energi dan waktu mereka.
Agi terpana tak menyangka. Akhirnya bagai sebuah bom:
“Aku dan Nissa sedang mempertimbangkan mau mundur.”
Lemas sekujur tubuh Agi.
“Sebetulnya bukan soal kerja ‘kan Rei? Ayo, katakan. Apa?” Agi mendesak.
Bukannya menjawab, Reihan malah mengatakan, “Nissa sedih, karena sebetulnya dia suka sekali pekerjaan ini.”
“Jadi kenapa dong?” kata Agi dengan wajah bingung.
(Baca juga:Curiga Pacarnya Selingkuh, Perempuan Ini Sewa Model Cantik untuk Memancingnya dan Begini Akhir Kisahnya)
“Kau, Agi. Dulu kita mulai bisnis ini sebagai tiga sekawan. Kita ketawa kalau ada yang keliru, lalu bersepakat, ‘Besok lebih baik.’ Tapi sekarang, kesalahan bikin kamu marah. Kau semakin tak peduli pada Nissa dan aku. Kau bahkan enggak sadar kalau Nissa sakit sejak seminggu yang lalu.”
Sungguh Agi tak tahu.
“Maaf Rei. Katakan apa yang harus kulakukan agar kalian tak pergi,” ujar Agi, nadanya memohon.
Reihan menatapnya. “Pandang kami kembali sebagai sahabat; kami bukan orang suruhan.”
Agi mengangguk keras, air mata menetes di ujung matanya. Mensyukuri dua sahabat yang nyaris hilang akibat ambisi.
(Lily Wibisono – Intisari Maret 2015)