Advertorial
Intisari-Online.com -Umumnya, wanita Korea Selatan sudah tak lagi asing pada prosedur rekonstruksi wajah dan tubuh untuk kebutuhan kosmetik.
Sebab, Negara Ginseng tersebut memang dikenal sebagai "surga" klinik kecantikan yang menyediakan layanan operasi plastik berkualitas.
Setali tiga uang, menjamurnya klinik kecantikan di KorSel seiring dengan peningkatan minat para kaum Hawa di sana untuk melakukan operasi plastik.
Tak hanya merogoh kocek lebih dalam, Wanita Korsel juga tak keberatan menghadapi berbagai risiko medis mematikan terkait prosedur operasi plastik.
Melihat fenomena tersebut, seorang fotografer dari Seoul, Korea Selatan, bernama Ji Yeo, pada 2015 lalu, mencoba mengangkat operasi plastik dengan sudut pandang yang berbeda dan tidak dilihat banyak orang.
(Baca juga:Dari 'Wanita Vampir' hingga 'Alien', Inilah 10 Hasil Operasi Plastik yang Paling Mengerikan)
Ji Yeo tak mengambil foto wajah sebelum dan sesudah para wanita yang melakukan operasi plastik untuk perbandingan, seperti yang selama ini sering dilihat masyarakat.
Sangfotograferjustru mengambil foto ketika para wanita ini dalam kondisi penyembuhan pasca operasi.
"Sudah menjadi budaya di mana pria dinilai dari keuangan dan wanita dari kecantikan mereka. Dengan media yang didominasi pria, membuat Korea Selatan lebih berfokus pada kecantikan dan penampilan luar dibanding karakter mereka. Wanita Korea seringkali jatuh pada jebakan ini dan hidup atas cerminan media," ujar Ji Yeo.
Fotografer berusia 29 tahun ini mengambil foto para pasien pasca operasi yang sedang menjalani tahap penyembuhan tanpa didampingi pihak keluarga atau seorangpun.
Sebagai gantinya, Ji Yeo menemani para wanita yang menjadi subjek fotonya melalui masa-masa sulit penyembuhan operasi plastik.
Dia membiarkan mereka menginap di apartemennya, membantu mereka menebus obat, memasak sup, hingga menjadi supir ke klinik.
Hasilnya, Ji Yeo memotret para pasien operasi plastik ini dari sisi yang belum diketahui oleh banyak orang.
Karya fotografinya memperlihatkan para wanita ini dibalut perban dengan wajah yang murung dan penuh rasa sakit.
"Tentu saja ini tentang kulit, bobot tubuh, struktur tulang dan proporsi. Namun, lebih dari itu, ini adalah tentang berapa banyak yang dikorbankan wanita untuk mencari kesempurnaan. Aku tertarik pada residu visual dari pengorbanan itu sendiri, dan melihat perbedaan serta kesamaan kultural yang eksplisit," ujar Ji Yeo.
(Baca juga:Tidak Sedang Sedih Tapi Tiba-tiba Menangis, Mungkin Satu dari Lima Hal Ini Penyebabnya)