Advertorial
Intisari-online.com - Agak berbeda dengan arti kata rumah sakit (RS) sebagai tempat merawat orang sakit, hospital berasal dari bahasa Latin, hospitalis, rumah untuk tamu.
Diduga muasal timbulnya institusi ini adalah kuil. Kuil Asclepius di Epidaurus, misalnya, punya akomodasi lengkap bagi yang mencari pertolongan Dewa Kesembuhan Yunani.
Demikian pula di India, sejak 200 SM sudah ada sejumlah RS di kalangan masyarakat Buddha.
Namun, tempat khusus untuk merawat orang sakit pertama kali muncul di Roma. Abad I Lucius Junius Moderatus Columella menyebut adanya valetudinaria, RS Pengobatan untuk budak.
BACA JUGA:Inilah yang Terjadi Jika Anda Hanya Minum Air Putih Sebulan Penuh
Tapi Marcus Annaeus Seneca mencatat, tempat itu juga dimanfaatkan oleh golongan masyarakat bukan budak.
Ekskavasi di Pompeii (terkubur tahun 76) menunjukkan dokter pribadi pada zaman itu pun ternyata sudah punya fasilitas mirip tempat pemulihan kesehatan zaman modern.
Malah di beberapa propinsi di Roma, dengan dukungan dana masyarakat, rumah pribadi dikembangkan menjadi RS.
Di permulaan tahun Masehi, dengan tujuan sosial, RS didirikan bagi musafir yang kelelahan atau sakit, kaum miskin, orang buta dan orang timpang.
BACA JUGA:Jago 'Ngedit' Foto, Hasil Foto Editan Pria Asal Batam Ini Seperti Asli, Dijamin Bikin 'Ngakak'
Pada abad pertengahan (V - XV) konsep RS lalu berkembang sangat kuat, tak hanya di kalangan masyarakat Barat tapi juga di dunia Timur. Biasanya RS didirikan oleh penguasa di pusat kota.
Misalnya, di Baghdad abad IX, di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rashid. RS ketiga di kota itu, dibangun tahun 970, sudah memiliki 25 dokter.
Saat itu 34 RS di sana sudah tertata dengan sangat baik. Bahkan sebuah RS di Kairo tahun 1283 sudah memisahkan penderita demam, luka, serta penderita sakit mata; selain tentu memisahkan pasien wanita. Tak aneh bila di sana ada perawat pria dan wanita.
Di Barat, perkembangan RS banyak dipengaruhi konsep RS di biara, di mana selalu ada tempat perawatan, rumah obat, dan biasanya kebun tanaman obat.
Selain merawat rahib yang sakit, biara juga terbuka bagi para peziarah atau musafir. Cara merawat ini kemudian diterapkan pula untuk orang awam.
Sampai beberapa abad berikut, layanan RS masih terbatas pada melayani dan merawat pasien parah yang tak mungkin dirawat di rumah atau orang miskin.
BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak
Tak ada dokter pula! Dokter masa itu masih memberikan pengobatan hanya di ruang praktik pribadi atau di rumah pasien.
Namun, tahun 1300-an di beberapa RS di Italia sudah mulai ada dokter, meski masih yunior. Dengan dibantu perawat terlatih, ia mengobati sesuai resep dokter senior. Maklum, kebanyakan dokter Eropa masa itu hanya melayani kalangan atas di kota besar.
Murid kedokteran belajar dari berbagai teks dari Yunani, Latin, Arab, dan Yahudi, tanpa pernah mempelajari langsung tubuh manusia. Baru di tahun 1594 dibangun teater operasi pertama di Padua, Italia, sebagai tempat untuk mengembangkan ilmu anatomi manusia.
Tahun 1700-an makin banyak RS di Eropa, namun fungsinya tetap untuk sosial. Orang kaya memilih dirawat di rumah. Bisa dimengerti, karena RS biasanya penuh sesak, kotor, dan gelap.
Apalagi di hampir semua RS prinsip sanitasi belum dikenal, maka penyakit mudah menyebar dan menulari pasien lain.
Di sisi lain, para dokter mulai tertarik mengobati pasien di RS. Meski mereka lebih suka pada pasien dengan penyakit yang bisa sembuh seperti kudis, patah tulang, borok, dll. Pasien penyakit menahun dan sulit diobati tak jarang diabaikan.
Untung akhir tahun 1800-an para dokter mulai memperhatikan prinsip-prinsip antiseptik. Tahun 1865 Sir Joseph Lister tercatat menggunakan semprotan asam karbol untuk membunuh kuman di udara.
Ia pun menekankan, dokter bedah harus memakai antiseptik untuk membunuh kuman di tangan dan peralatan. Alhasil, pembedahan menjadi lebih aman. Lahirlah tren merawat pasien di rumah sakit. Ini lebih menguntungkan karena di rumah pasien standar kebersihan tentu lebih sulit diterapkan.
Memasuki abad XX RS tak lagi murni bersifat sosial. Pasien mulai membayar untuk perawatan yang diterimanya. (Dari pelbagai sumber/Sht)