Advertorial
Intisari-Online.com- Topeng monster singa menakutkan dengan bulu-bulu merak dibebankan pada penari Reog Ponorogo saat pertunjukkan.
Tarian tradisional ini sungguh mengagumkan karena melibatkan kecakapan fisik dan kekuatan supranatural.
Reog Ponorogo menjadikan warga Ponorogo (Jawa Timur) memiliki kesenian yang menjadi identitas mereka.
Ada beberapa cerita mengenai asal-usul bagaimana Reog Ponorogo ini bermula.
Baca Juga:(Foto) Inilah Standar Ketampanan Pria Selama 100 Tahun Terakhir, Lebih Suka yang Mana?
Baca Juga:Kisah Pernikahan Mario dan Marcela, Pelopor Lesbian yang Sukses Mengelabui Gereja Katolik Spanyol
Dilansir dari Ancient History, cerita yang paling populer melibatkan Ki Ageng Kutu, seorang majelis Majapahit pada abad ke-15.
Ki Ageng Kutu bertugas di istana Bhre Kertabhumi(sering disamakan dengan Brawijaya V), raja terakhir dari Kekaisaran Majapahit.
Selama periode ini, kekaisaran pun mengalami kemunduran, korupsi merajalela, dan sang raja tidak kompeten.
Ki Ageng Kutu meramalkan bahwa kekaisaran akan segera berakhir dan memutuskan untuk meninggalkan istana.
Dia tiba di Ponorogo dan mendirikan sebuah sekolah untuk mengajarkan bela diri bela diri serta mistisisme.
Harapan Ki Ageng Kutu adalah bahwa murid-muridnya akan mengembalikan masa kejayaan Kerajaan Majapahit.
Meski begitu, jumlah pengikutnya masih kecil dan tidak akan mampu mengambil alih kekuatan pasukan Majapahit.
Untuk mendapat pengikut dan dukungan yang lebih luas, Ki Ageng Kutu menciptakan Reog Ponorogo.
Strategi ini berhasil, dan tariannya menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Ponorogo.
Baca Juga:Kocak! 7 Foto Turis saat Jalan-jalan Ini Benar-benar Mengundang Tawa, Mana yang Paling Lucu?
Arti Baru untuk Tari Pemberontakan
Raja Majapahit menyadari situasi dan sebuah pasukan dikirim melawan Ki Ageng Kutu beserta pengikutnya.
Meski sekolahnya hancur, mereka yang selamat terus mempraktekkan keseniannya secara rahasia.
Karakter Singa Barong seharusnya mewakili raja Majapahit, sementara bulu ratunya.
Ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap raja, yang, meski terlihat garang, dikendalikan oleh ratu.
Berat topeng Singa Barong mencapai 50 kg dan penari hanya menggigitnya dengan jari untuk mengangkat/ memakainya.
Raja tidak dapat mencegah tampilnya tarian Reog Ponorogo di depan umum karena popularitasnya.
Sebagai gantinya, plot baru ditambahkan, bersamaan dengan karakter baru dari cerita rakyat Ponorogo.
Reog Ponorogo akhirnya menjadi tarian tradisional penduduk Ponorogo.
Baca Juga:Coba Periksa! Ini yang Warna Kotoran Telinga Ingin Katakan tentang Kesehatan Anda