Jadi, walaupun salah satu matanya masih melek, ternyata pada saat itu lumba-lumba tengah tidur.
(Baca juga: Yang Konyol-Konyol di Perang Dunia II: Nazi Gelar Pesawat Palsu dari Kayu dan Sekutu Mengebomnya Dengan Bom Kayu)
Baru setelah kira-kira 8 jam, setengah bagian otaknya yang lain lah yang akan tidur.
Kemampuan, membagi kinerja otak ini juga membuat lumba-lumba mampu melihat dua fokus yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Tujuan ‘tidur setengah-tengah’ ini adalah agar lumba-lumba dapat tetap bernafas walaupun sedang tidur.
Maklum, sebagai hewan yang bernafas dengan paru-paru, dia harus tetap menjaga pasokan oksigen, yang untuk lumba-lumba, masuk melalui lubang udara di atas kepalanya.
Selain itu, dengan perilaku tidur seperti ini, lumba-lumba dapat tetap waspada dari serangan predatornya.
Mengenai fungsi kewaspadaan ini, Sam Ridgway, seorang ahli biologi mengenai mamalia laut dari University of California, San Diego, bersama beberapa rekannya pernah menelitinya.
Dalam kondisi terbangun, lumba-lumba diberikan rangsangan berupa suara-suara.
Lumba-lumba meresponnya.
Kemudian, dalam kondisi tidur, suara-suara tadi kembali dibunyikan dan ternyata lumba-lumba tersebut masih dapat meresponnya dengan baik.
Seandainya manusia memiliki kemampuan yang sama dengan lumba-lumba, mungkin tidak akan ada maling di malam hari.
(Baca juga: Bukan Cuma Unik, Pergaulan Mama-Mama Jepang Juga Terkenal Sangat Kejam, Ini Kisahnya!)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR