Advertorial
Intisari-Online.com - Makan empat butir telur dalamseminggu dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga lebih dari sepertiga, menurut sebuah studi.
Dilansir dari telegraph.co.uk, para ilmuwan menemukan konsumsi telur dikaitkan dengan risiko penyakit yang lebih rendah serta tingkat gula darah yang rendah.
Penelitian dari Universitas Finlandia Timur, meneliti kebiasaan makan 2.332 pria berusia antara 42 dan 60 tahun.
Ditemukan mereka yang makan empat telur per minggu memiliki risiko 37 persen lebih rendah daripada pria yang hanya makan satu telur per minggu.
BACA JUGA:Keji, Bayi 13 Bulan Ini Diculik dari Kamar Hotel untuk Kemudian Diperkosa dan Dibunuh
Penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition, mengatakan telur mengandung banyak nutrisi yang dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan peradangan tingkat rendah.
Namun, konsumsi lebih dari empat telur tidak membawa manfaat tambahan yang signifikan.
Periset juga memperingatkan mereka yang sudah memiliki diabetes tipe 2 seharusnya tidak meningkatkan asupan telur mereka.
Ini karena dapat meningkatkan penyakit jantung pada mereka yang telah didiagnosis dengan kondisi tersebut.
Para ilmuwan mempelajari kebiasaan makan dan gaya hidup dari mereka yang mengambil bagian dalam Studi Faktor Risiko Penyakit Kuopio Ischemic Heart antara tahun 1984 dan 1989.
Dua dekade kemudian, 432 pria didiagnosis menderita diabetes tipe 2.
Penelitian terpisah telah menemukan bahwa mengonsumsi produk susu full-fat juga mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Periset di Universitas Lund di Swedia juga menemukan, mereka yang mengonsumsi produk susu berlemak tinggi memiliki 23 persen lebih rendah risiko terkena penyakit ini.
Tapi jika mengonsumsi daging berlemak tinggi justru meningkatkan risikonya.
Dr Ulrika Ericson mengatakan "Ketika kami menyelidiki konsumsi asam lemak jenuh yang sedikit lebih umum pada produk susu daripada daging, kami mengamati adanya kaitan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2.
"Namun, kami belum mengesampingkan kemungkinan komponen lain dari produk susu seperti yoghurt dan keju mungkin telah memberi kontribusi pada hasil kami."
"Hasil kami menunjukkan bahwa kita tidak boleh hanya fokus pada lemak, tapi pertimbangkan makanan apa yang kita makan."
"Banyak bahan makanan mengandung komponen berbeda yang berbahaya atau bermanfaat bagi kesehatan, dan terpenting adalah bagaimana menyeimbangkan makanan yang kita makan".
BACA JUGA:Pemindaian Otak Ungkap Kenapa Orang-orang Menjadi Lebih Pemarah saat Minum Minuman Keras