Advertorial
Intisari-online.com - Aktor lawasAdvent Bangun meninggal dunia pada Sabtu (10/2/2018) di usia 65 tahun.
Dia tutup usia di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan, pukul 02.35 WIB.
Bagi generasi 90-an ke atas sosok Advent pasti melekat kuat di ingatan.
Dia begitu sukses dalam memerankan sosok Si Mata Malaikat yang legendaris itu.
BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak
Advent memang begitu cocok berperan sebagai aktor laga.
Maklum pemilik nama lengkap Thomas Advent Perangin-angin Bangun itu dulunyaseorang atlet karateka nasional.
Ya, sebelum dikenal sebagai bintang film, Advent gampang ditemui di Wisma Krida Senayan. Sebagai atlet katateka nasional, rumahnya memang di sana.
Tapi karena kesibukannya sebagai bintang film membuat ia tak sembarangan bisa dijumpai.
Tahun 1970, Advent, atau yang akrab dipanggil Johni, sudah memulai debutnya dalam kejuaraan nasional.
Setahun kemudian ia sudah masuk dalam delapan besar kejurnas kumite (pertarungan bebas) perorangan.
Sesuatu yang membanggakan, bukan? Padahal, pada awalnya ia menggeluti karate karena dendam.
Hal itu bermula ketika pada tahun 1968, anak kedelapan dari delapan saudara itu menginjakkan kakinya di pelabuhan Tanjung Priok berdua bersama seorang kakak perempuannya.
Asal tahu saja, pada tahun-tahun itu Tanjung Priok sedang rawan-rawannya. Terbukti, 30 orang pelaut langsung saja menggoda kakaknya yang membuat darah Advent mendidih.
Dia marah. Tapi apa yang bisa dilakukannya menghadapi 30 pelaut-pelaut yang beringas? Tentu saja dia babak belur!
BACA JUGA: (Video) Demi Selamatkan Suaminya, Ibu Ini Tembaki Penjahat di Depan Rumah Mereka
Untungnya sang kakak tidak diganggu. Namun dari situlah timbul dendam.
Advent bertekad tidak akan membiarkan orang lain menggoda orang lain di hadapannya.
Ia siap membela siapa pun yang lemah (terutama perempuan) yang mendapat gangguan seperti yang dialami kakaknya.
Tetapi dendam itu cuma bercokol sebentar di dadanya. Sebab tahun 1972 perasaan itu hilang sama sekali.
Empat orang muridnya, yang kemudian mengaku merupakan orang-orang yang juga ikut ngeroyoknya di Tanjung Priok dulu, dimaafkannya. Tak ada lagi dendam.
Yang ada adalah keinginan, berprestasi di tingkat dunia. Dan berhasil!
Advent masuk lima besar karateka kelas dunia pada World Games di Santa Clara, Amerika Serikat, tahun 1981.
Ia juga pernah juara ketiga di Asia Pasific II tahun 1976 dan juara tiga Asia Pacific V tahun 1983 di Nagoya, Jepang untuk kelas 80 kilogram ke atas.
Dengan prestasi kelas dunia itu, Advent disebut karateka besar yang dimiliki Indonesia.
Dan ia tentu merasa cukup bangga, sebab melalui karate pun ia bisa mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.
Melalui karate, ia pernah menjelajahi Paris, Roma, Inggris, Amerika, Australia, Jerman Barat, Belanda, dan banyak lagi.
Bahkan dalam banyak kejuaraan besar, kehadirannya saja kadang-kadang sudah membuat lawan-lawan keder.
Hal itu yang menurutnya sebenarnya bisa memberi keuntungan jika ia masih disertakan dalam tim nasional. Sebab dapat membangkitkan rasa percaya diri bagi para karateka junior.
Seperti pernah dimuat dalam Majalah HAI pada Oktober 1984