Advertorial

Pertarungan Beruang, Kisah Cinta Kayangan, dan Mitos-mitos Gerhana Bulan di Masyarakat Kuno di Dunia

Moh Habib Asyhad

Editor

Sebelum ilmu pengetahuan modern ditemukan dan memecahkan rahasia di baliknya, orang-orang kuno sudah mencoba mencari tahu musabab terjadinya gerhana bulan.
Sebelum ilmu pengetahuan modern ditemukan dan memecahkan rahasia di baliknya, orang-orang kuno sudah mencoba mencari tahu musabab terjadinya gerhana bulan.

Intisari-Online.com - Malam ini, Rabu (31/1), beberapa tempat di belahan dunia, termasuk Indonesia, akan kedatangan tamu agung; sebuah fenomena alam bernama gerhana bulan.

Yang istimewa, ini adalah gerhana bulan super blue blood moon pertama sejak 150 tahun yang lalu.

Sebelum ilmu pengetahuan modern ditemukan dan memecahkan rahasia di baliknya, orang-orang kuno sudah mencoba mencari tahu musabab terjadinya gerhana bulan.

(Baca juga:Gerhana Bulan 7 Agustus 2017: Inilah Negara-negara yang Bisa Menyaksikan Gerhana Bulan Malam ini)

Pertarungan beruang

Sepnjang sejarah, banyak peradaban dunia yang menghubungkan gerhana bulan dengan beberapa jenis konflik yang terjadi di langit.

Kepada Nationald Geographic pada 2013 lalu, direktur Griffith Observatory Los Angeles Edwin C. Krupp mengatakan bahwa bagi banyak kalangan, gerhana bulan melambangkan “gangguan terhadap tananan yang mapan”.

Menurut mitos orang-orang Pomo di California bagian utara, gerhana bulan terjadi saat beruang, yang berkeliaran di sepanjang Bima Sakti, bertemu matahari.

Saat matahari menolak menyingkir, si beruang menantang matahari untuk berkelahi. Pertempuran ini membuat matahari berhenti bersinar sementara—ini fase gerhana matahari.

Si beruang terus maju ke depan hingga bertemu bulan—yang dipercaya sebagai saudara perempuan matahari—dan menantangnya untuk berkelahi juga.

Bulan—seperti kakaknya—terhalang karena pertempuran.

(Baca juga:5 Ritual Unik di Dunia Saat Menyambut Gerhana Matahari)

Bulan sebagai makanan

Mitos lain, beberapa suku kuno menyebut bahwa bulan terbuat dari keju yang tertelan oleh makhluk yang kelaparan. Cherokee, suku asli Amerika Serikat bagian tenggara menceritakan mitos tentang seekor kodok yang memakan bulan sehingga terjadi gerhana bulan.

Kisah serupa juga terjadi pada orang-orang Vietnam di Asia Tenggara.

Tapi orang-orang Nuu-chah-nulth dan Kwakwaka’wakw di pesisir Barat Laut Pasifik percaya bahwa ada sesuatu yang menelan bulan selama gerhana—bisa mulut, bisa pintu,atawasurga.

Mitologi Yunani kuno menjelaskan bahwa gerhana bulan terjadi ketika seorang dewi berwujud jaguar memakan bulan, dan orang-orang Aztec kuno menyebut dewi kesuburan Cihuacoatl kadang-kadang menyantap satelit bumi itu.

Romansa kayangan

Tapi tidak semua cerita kuno tentang gerhana bulan berujung pada kehancuran atau makan-memakan. Beberapa kebudayaan bahkan mengaitkannya dengan cerita romantik.

Orang-orang Tlingit di pesisir Pasifik Barat Laut Amerika Utara mengatakan bahwa gerhana terjadi saat matahari dan istinya, bulan, sedang butuh waktu sesaat untuk berduaan (dalam kegelapan).

(Baca juga:Misteri Dewa Keberuntungan yang Justru Tidak Memberikan Keberuntungan bagi Pasangan Penemunya)

Orang-orang Hupa di California barat laut menceritakan kisah cinta yang berbeda tentang gerhana bulan.

Menurut mereka, bulan adalah seorang pria yang pergi berburu setiap hari dan membawa pulang buruan yang ia bunuh ke rumahnya yang penuh dengan hewan piaraan kelaparan.

Ketika hewan-hewan itu tidak puas dengan makanan yang dihidangkan, mereka—termasuk ular derik dan singa gunung—akan menyerang bulan. Beruntung, satu dari sekian banyak istrinya selalu siap sedia mengobati luka-lukanya sehingga ia bersinar kembali.

Begitulah bagaimana orang-orang kuno memaknai gerhana bulan. Bagaimana dengan di Indonesia?

Artikel Terkait