Benny bahkan bisa menyiapkan safe house di Kuala Lumpur untuk lokasi perundingan-perundingan selanjutnya.
Tim operasi khusus yang kemudian memungkinkan pejabat Indonesia bisa berkunjung ke Kuala Lumpur untuk berunding bahkan menjadi lebih lengkap.
Tidak hanya Benny, tapi anggota tim utama lainnya seperti bos Benny, Ali Moertopo, Daan Mogot, dan Willy Pesik juga hadir.
Kedatangan tim secara rahasia itu bahkan sempat menggemparkan Malaysia.
Pasalnya, kendati tim Benny datang dengan memakai dokumen perjalanan Malaysia, secara tak sengaja mereka mengisi kolom formulir imigrasi sehingga petugas imigrasi tahu adanya orang yang menyelundup ke Kuala Lumpur.
Menteri Dalam Negeri Malaysia Tun Ismail menjadi berang karena merasa tidak diberi tahu, tapi mujur Abdul Razak bisa menjernihkan kehebohan itu.
Meskipun Mendagri Ismail sempat berang, kontak Razak dan tim Benny serta Ali Moertop yang berada di Jakarta ternyata masih bisa berjalan secara rahasia.
Pihak Inggris dan PM Malaysia yang sengaja tidak diberi tahu mengenai upaya damai ternyata diam-diam saja seperti tidak tahu sama sekali.
Sebaliknya di Indonesia, Bung Karno yang sudah mencium upaya damai itu malah tampak tenang-tenang dan menilai Benny sedang belajar jadi seorang diplomat.
Puncak dari operasi rahasia adalah ketika sebuah Hercules TNI AU pada 25 Mei 1966 terbang secara rahasia dari Jakarta menuju Kuala Lumpur.
Hercules yang mengangkut sejumlah perwira tinggi ABRI untuk perdamaian itu akan mendarat di Bandar Udara Subang, Kuala Lumpur, dan selanjutnya meneruskan perjalanan menuju Alaor Star, ibukota negara bagian Kedah untuk mengawali pembicaraan dengan PM Malaysia Tunku Abdul Rahman.
Yang unik Tunku Abdul Rahman saat itu tidak mempercayai Razak bahwa akan datang tim perdamaian dari Indonesia.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR