Sementara ini, lewat data arkeologi, bukti kongkret tertua tentang keris masih berpatokan pada relief Candi Borobudur dan Prambanan abad ke-9 M. Apalagi ketika stupa induk Borobudur dibongkar, ditemukan sebilah keris berukuran panjang 28,3 cm, lebar 4,8 cm.
Anehnya, temuan itu jauh berbeda dengan bentuk keris yang terukir pada relief candi. Dengan kata lain, keris itu tak sezaman dengan masyarakat pendiri Borobudur.
Penelitian kemudian memang memperlihatkan temuan keris berbentuk lurus yang kini tersimpan di Museum Etnografi Leiden tersebut, ternyata buatan zaman Majapahit abad ke-14 -15 M. Maka gugurlah anggapan orang, keris sudah dikenal sejak abad ke-9 M.
Lagi pula ada sebagian ahli menyangsikan bentuk relief keris Borobudur, Prambanan atau pun Sewu. Pasalnya itu bukan bentuk keris, melainkan lebih cenderung ke bentuk belati.
Membincangkan asal muasal keris, sampai kini memang belum ada kata sepakat di antara para ilmuwan. Ahli purbakala Bernet Kempers misalnya, beranggapan prototipe keris adalah perkembangan dari senjata tusuk zaman perunggu, bukan zaman batu.
Namun Griffith Wilkers membantah keras, katanya budaya keris baru muncul sekitar zaman Majapahit abad ke-14 - 15 M.
"Soalnya, sebelum abad-abad itu, tak sebuah candi pun di Jawa Tengah yang secara jelas menggambarkan keris. Keris yang tervisual kongkret baru ada di percandian Jawa Timur," ujarnya dalam sebuah karangan di tahun 1937.
Candi Tigawangi di Kediri atau Jago di Malang, barangkali memang bisa dijadikan contoh betapa saat itu keris sudah dikenal orang. Kalau di Candi Jago, keris hanya diselipkan di pinggang para punakawan dalam adegan Pendawa Main Dadu, di tembok batur Candi Penataran Blitar, lebih kongkret lagi.
Meski agak usang dan penuh lumut, relief keris jelas sekali dipahatkan dalam konteks perkelahian dua tokoh. Jadi fungsi keris di abad ke 15 M, betul-betul untuk senjata pembela diri.
Musafir Cina Ma-Huan dalam bukunya Yingyai Sheng-lan (1416) sempat terkesiap saat mengunjungi Keraton Majapahit, karena hampir semua penduduk menyandang pulak atau keris di pinggangnya.
Bahkan, bocah-bocah Majapahit sejak berumur 3 tahun sudah membawa pulak. Memang tak salah- lagi, orang Majapahit saat itu pintar bikin keris.
Simak saja berpuluh-puluh prasasti Jawa Kuno yang menyiratkan informasi kecerdikan pandai besi zaman dulu yang disebut pande wsi.
Di Candi Sukuh, lereng Gunung Lawu, terpahat rapi adegan bengkel kerja pandai besi termasuk di dalamnya proses pembuatan keris. Ada lelaki berdiri di depan api ububan di samping rekannya yang sedang membakar logam.
Hasilnya, terpahat di depannya berbagai peralatan senjata yang artistik termasuk keris berlekuk.
Dari prasasti angka tahun di sana, Candi Sukuh didirikan di abad ke 15 M. Toh, bukan berarti baru saat itu pembuatan keris pertama kalinya dilakukan, sebab kata keris itu sudah muncul jauh sebelumnya, tepatnya di abad ke- 11 M sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Karangtengah dengan istilah kres.
Bahkan Prasasti Poh berangka tahun 907 M, menyebutkan fungsi kres bersama wangkiul (tombak) dan punukan (senjata bermata dua) sebagai perangkat ritual pengukuh Desa Poh menjadi daerah perdikan atau kawasan bebas pajak.
Dari beberapa gambaran di atas, dapat disimpulkan keris adalah perkembangan bentuk dari senjata genggam prasejarah berupa sengat ikan pari yang dibalut pangkalnya untuk digenggam (Gardner, 1936).
Namun pencapaian bentuk keris seperti terlihat sekarang ditafsir baru abad ke-13 dan mencapai puncak kesempurnaannya di sekitar abad ke-15.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1991)
(Baca juga: Karakter Seseorang Bisa Dilihat dari Bulan Kelahirannya. Coba Buktikan!)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR