Melalui fasilitas itu para pilot tempur senior bisa dengan mudah memberikan koreksi dari bawah kepada para penerbang yang sedang melakukan manuver tempur ketika melakukan kesalahan baik saat melaksanakan manuver tempur maupun ketika sedang melaksanakan simulasi penembakan terhadap targetnya.
(Baca juga: Istri Jenderal Sudirman: 7 Bulan Kami Ditinggalkan, Baru 7 Bulan Berkumpul, Beliau Justru Pergi Selamanya)
Selain melaksanakan pembinaan pelatihan terbang tempur menggunakan fasilitas AWR dan ACMR , kemampuan pilot-pilot tempur TNI AU juga terus diasah dalam pelatihan yang berlangsung baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam latihan berskala besar yang melibatkan kekuatan tempur tingkat Koopsau 1 (Jalak Sakti dan Angkasa Yudha) , para pilot tempur selalu dilatih melakukan pertempuran lawan udara.
Para pilot tempur TNI AU juga rutin melaksanakan latihan tempur bersama negara lain seperti Malaysia (Latma Malindo), Singapura (Latma Indopura), Thailand (Latma Thainesia), Australia (Pitch Black), Selandia Baru (Elang Seberang), AS (Cope West), dan lainnya.
Dalam latihan tempur udara itu, pilot-pilot TNI AU selalu menunjukkan keunggulannya.
Misalnya, dalam latihan dogfigh, Pitch Black (2012) di Australia yang diikuti oleh berbagai negara, meskipun hanya menggunakan pesawat F-16 Fighting Falcon dan Sukhoi, pilot-pilot kita selalu lebih unggul dibandingkan pilot-pilot lain (Australia) yang menggunakan pesawat lebih canggih seperti F-18 Hornet.
Oleh karena itu ketika Kasau Australia berkunjung Indonesia, ia langsung menawari TNI AU ikut Pitch Black lagi.
Rupanya mereka masih penasaran kenapa pilot-pilot TNI AU selalu lebih unggul. Pilot-pilot kita memang disiapkan untuk memenangkan dogfight!.
kemampuan dogfght para pilot tempur TNI AU ke depannya dipastkan akan makin meningkat setelah kehadiran jet tempur mutakhir Sukhoi 35 (Su-35).
Fakta menunjukkan berkat pesawat-pesawat Sukhoi 27/30 Flanker yang dimiliki TNI AU, upaya pelanggaran wilayah udara RI telah menurun drastis.
Dengan kehadiran Su-35, dipastikan para penyusup itu tidak akan ada lagi karena memilki resiko disergap bahk an ditembak jatuh sesuai tingkat eskalasi yang diakibatkan oleh pesawat bersangkutan.
(Baca juga: Biayai Riset Besar-besaran untuk Teliti Perang Kemerdekaan Indonesia, Belanda Ingin 'Cuci Tangan'?)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR