Advertorial

Memberi Uang Saku pada Anak, Enaknya Harian Apa Bulanan Ya, Bu?

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com -Ini kadang membingungkan orangtua. Saat memberi uang saku kepada anak, enaknya harian apa bulanan ya?

Bagaimanapun juga, memberi uang saku secara bulanan memang lebih praktis dibanding harian, yang sedikit merepotkan.

Meski begitu, perencana keuangan mengingatkan, frekuensi pemberian uang saku juga harus bertahap dan disesuaikan dengan usia dan kematangan anak dalam mengelola keuangan.

Memberikan uang saku secara harian memang lebih repot.

(Baca juga:Bermodal Uang Saku, Wanita yang Baru Berusia 24 Tahun Ini Raup Rp35 Juta per Bulan dari Bisnis Hijab)

(Baca juga:Yuk, Ajari Anak Berlatih Mengatur Uang Saku)

Setiap hari, kita harus menyediakan uang pecahan dalam jumlah tertentu untuk uang saku sang buah hati.

Namun, anak yang baru duduk di bangku SD sebaiknya memperoleh uang saku secara harian.

Diana Sandjaja, perencana keuangan Tatadana Consulting mengatakan, pemberian uang saku secara harian merupakan langkah awal bagi anak untuk belajar mengelola keuangan.

Frekuensi secara harian juga menjadi langkah awal bagi anak untuk belajar bertanggung jawab terhadap uang yang ia terima.

Nah, jika anak bisa mempertanggungjawabkan uang saku yang ia peroleh secara harian, berarti ia bisa naik tingkat ke jenjang frekuensi yang lebih panjang.

(Baca juga:Berapakah Jumlah Uang Saku Anak yang Ideal?)

Uang saku untuk anak kelas 6 SD atau anak SMP bisa menggunakan sistem mingguan.

Ini menjadi kesempatan bagi anak untuk mengelola keuangan secara jangka lebih panjang dibandingkan harian.

Frekuensi pemberian uang saku bisa meningkat menjadi bulanan jika anak bisa mengelola uang saku yang diberikan saban pekan.

Namun, jika uang saku sudah habis sebelum akhir pekan, anak belum lulus mengelola keuangan secara mingguan.

Sebaiknya, frekuensi pemberian uang saku tidak ditingkatkan menjadi bulanan.

Boleh jadi, frekuensi pemberian uang saku kembali ke sistem harian jika memang pengelolaan uang saku anak makin memburuk.

“Jangan sampai diberi uang saku untuk satu bulan tapi sudah habis dalam tiga hari pertama. Itu tandanya belum lulus,” ujar perencana keuangan lainnya, Pandji Harsanto, perencana keuangan OneShildt Financial.

Seiring kematangan pengelolaan keuangan, anak SMA biasanya sudah bisa memikul kepercayaan untuk mengelola keuangan secara bulanan.

Begitu pula, uang saku untuk mahasiswa sebaiknya juga diberikan secara bulanan.

(Baca juga:Xavier Elliot, Bocah 10 Tahun yang Membuatkan Baju untuk Para Tunawisma dengan Uang Sakunya)

Artikel Terkait