Advertorial
Intisari-Online.com – Waktu adalah uang. Pemeo ini rasanya tidak pernah usang. Tak heran, kalau akhirnya kesadaran akan pentingnya waktu begitu merasuk ke dalam diri tiap manusia.
Buntutnya, arloji ataupun lonceng diproduksi masal dengan beragam model dan pilihan harga. Namun, sesungguhnya semua jam dibuat dengan prinsip kerja sederhana.
Bagian mesin yang melakukan gerakan teratur dalam selang waktu yang sama, dihubungkan dengan alat hitungan yang merekam semua jumlah gerakan. Tidak pernah diketahui asal mula jam dengan alat penggerak mekanik.
Namun peralatan itu diduga pertama kali ditemukan dan digunakan di biara-biara agar genta gereja sebagai alat panggil para biarawan atau biarawati untuk berdoa dapat dibunyikan tepat pada waktunya.
BACA JUGA:Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Memberikan 6 Tanda Ini
Menurut catatan, jam mekanik pertama, masih berukuran besar dengan penggerak mesin berupa bandul beban dan biasanya dipasang dalam menara, sehingga dikenal sebagai lonceng menara.
Namun mesin ukur waktu pertama itu tidak berdentang, juga tidak memiliki jarum jam atau angka. Sedangkan lonceng yang berdentang setiap jam/pertama kali ditampilkan oleh lonceng Kota Milan tahun 1335. Juga oleh lonceng di Katedral Salisbury, London, buatan tahun 1386 - yang konon masih dalam kondisi baik.
Lain lagi dengan lonceng buatan tahun 1389 di Rouen, Prancis, dan yang dibuat untuk Wells Chatedral, Inggris. Dua lonceng terakhir itu berdentang tiap seperempat jam. Namun sayang, keterlambatan mereka masih ± 30 .menit per hari.
Baru tahun 1500-an Peter Henlein, tukang kunci dari Numberg, Jerman, memperkenalkan jam “rumahan" yang digerakkan per.
Jam kecil pertama itu pun, menurut ukuran sekarang, tidaklah cukup kecil. Dengan diameter 10 - 12,5_cm, dan ketebalan 7,5 cm, bayangkanlah besarnya seperti beker kuno.
Meski hanya memiliki satu jarum, penunjuk jam, dan belum memiliki penutup, jam itu merupakan terobosan pertama sebagai pengukur waktu yang bisa dibawa-bawa. Akhir abad XVI, lonceng mulai dibuat tegak. Di awal abad XVII, mesinnya mulai diberi pembungkus dari kuningan.
Kemudjan di abad yang sama lonceng semakin diperkaya dengan penutup kaca dan jarum penunjuk menit. Tidak hanya itu, mulai tahun 1656 diperkenalkan pula lonceng dengan pemberat dan pendulum bertali pendek yang dikemas dalam kotak kayu dan bisa digantung di dinding.
Dengan munculnya pendulum panjang sebagai penunjuk detik, lalu dimasukkannya sekaligus pendulum dan beban pemberatnya dalam kotak, lahirlah lonceng ding-dong, atau grandfather's clock, dengan pendulum sebagai alat pengukur waktu yang andal.
BACA JUGA:Rumah Ini Dari Luar Tampak Bobrok, Padahal Dalamnya Bikin Melongo Karena Takjub
Namun keandalannya dikalahkan oleh kristal quartz yang mulai diterapkan pada alat pengukur waktu pada tahun 1929. Getaran kristal quartz begitu teratur, sehingga kesalahan terbesar yang mungkin dilakukan oleh sebuah lonceng observatorium dengan kristal quartz adalah satu detik dalam 10 tahun.
Lepas dari perkembangan cepat penemuan alat pengukur waktu, Carolus Linnaeus - penemu sistem klasifikasi hewan dan tanaman - pernah pula berteori bahwa flora pun dapat dijadikan alat pengukur waktu, berdasarkan jadwal mekar dan kuncupnya pelbagai macam bunga.
la kemudian membuat daftar 41 spesies bunga yang mekar dan menguncup pada waktu yang berbeda-beda sepanjang hari, lalu mengurutkannya dalam bentuk yang disebutnya "jam bunga". Meski Linnaeus tak pernah mempraktekkan teorinya itu, beberapa kebun botani di Eropa pada abad XIX mencoba melakukannya.
Ternyata, tak satu pun sukses. Banyak bunga dalam daftar yang dibuat Linnaeus tidak berbunga pada musim yang sama, atau tidak mau tumbuh di luar habitat aslinya. Bahkan ada yang sama sekali tak berbunga dalam cuaca banyak hujan.
Olok-olok bahwa Linnaeus bakal dibenci para pembuat jam ternyata tak terbukti.
BACA JUGA:Centang Biru WhatsApp Dimatikan, Begini Cara Mudah Tahu Pesan Kita Telah Dibaca