Tawaran yang sama juga disampaikan pada Kissinger dalam enam atau tujuh kunjungan, namun tampaknya Kissinger tidak terlalu mempedulikan.
Giscard d'Estaing berusaha mengingatkan kembali usul pemecahan Sihanouk pada pertemuan tingkat tinggi dengan Gerald Ford pada bulan Desember 1974.
Namun Kissinger membuat suatu komunike yang merusakkan kemungkinan untuk berunding (ada suatu kesengajaan kata Manac'h, Shawcross dan Sihanouk) dan akibatnya menyebabkan hubungan yang lebih genting antara Khmer Merah dengan sang pangeran.
Empat belas bulan setelah AS berhenti melakukan pemboman di Kamboja bulan Agustus 1973, Amerika sama sekali tidak berusaha untuk mengakhiri perang yang mengerikan ini. Pada hari-hari terakhir sebelumjatuhnya Phnom Penh tanggal 17 April 1975, Lon Nol menerima US $ 500.000 dan menyingkir ke Hawaii.
Saat itu diplomat AS di Cina bergegas ke Kedutaan Prancis dengan rencana untuk menerbangkan Sihanouk pulang dan menjamin perlindungan terhadap dirinya.
Rencananya adalah supaya pasukan dari rezim yang telah disingkirkan dapat mendukug Sihanouk dan memberikan bantuan padanya agar dapat menghadang Khmer Merah.
"Dua hari sebelum tanggal 17 April, George Bush mengirimkan pada saya sebuah surat singkat melalui pemerintah Prancis yang sama sekali tidak ditandatangani. Isinya mengundang saya untuk kembali ke Phnom Penh dengan pesawat dan pengamanan akan disediakan oleh AS. Waktu itu John Gunther Dean, Dubes AS selama pemerintahan Lon Nol, baru saja melipat bendera. Saya katakan: tidak! Dalam tahuntahun 1972 dan 1973 saya masih bisa rukun dengan siapa saja, tapi tidak mungkin setelah itu."
Etienne Manac'h mengatakan: "Tindakan itu sama saja seperti memberi obat terlambat. Si pasien, Kamboja, sudah mati. Semua ini akibat Kissinger yang congkak itu."
Walaupun berkat persekutuan dengan Sihanouk-lah Khmer Merah dapat merekrut banyak pengikut (dengan bantuan tekanan Beijing tentu saja), namun setelah menang, mereka boleh dikatakan tidak membutuhkan lagi pangeran playboy setengah tua ini.
Selama pembuangan di Beijing Sihanouk menghabiskan waktu dengan memutarkan film setengah porno untuk tokoh-tokoh puritan seperti Ieng Sary, yang merupakan orang kedua setelah Pol Pot dan wakil Khmer Merah di Beijing selama perang berkecamuk.
Sihanouk mengatakan bahwa ia tidak pernah diberi tahu secara resmi mengenai kejatuhan Phnom Penh. Ia mengetahui dari telegram yang diterimanya dalam sebuah resepsi di salah satu kedubes di Beijing. Pangeran ini baru kembali ke Beijing pada bulan Januari 1976 dan sengaja didatangkan untuk mensahkan konstitusi baru yang menghapuskan monarki.
Setelah kematian pelindung kuatnya, Zhou En-lai, Sihanouk dipecat sebagai kepala negara digantikan Khieu Samphan dan ia dipenjarakan di Kamboja selama tiga tahun. Ketika pasukan Vietnam mulai mendekati Phnom Penh dalam bulan Januari 1979 Sihanouk dibebaskan Khmer Merah dengan harapan akan memperoleh dukungan opini dunia.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR