Dengan tampangnya yang bregas, pandangan matanya yang tajam, bibirnya yang mengatupkan kemauan keras dan keahliannya berpidato, dia adalah benar-benar pemimpin rakyat yang diharapkan. Di depan ribuan rakyat tersebut dia berkata," Apabila rakyat sudah bangun dari tidurnya, tidaklah ada sesuatu yang dapat menghadapi pergerakannya."
Hal ini juga diakui oleh pihak Belanda. Tentang Kongres Sarekat Islam pertama itu, Encyclopedie van Nederlands Indie menulis:
"Kongres SI pertama ini adalah sebagai suatu wahyu bagi pergaulanhidup di Hindia. Pemuka-pemuka perhimpunan sedang menempatkan dirinya di antara pemerintah dan anak negeri, menurunkan derajat kebesaran pemerintah untuk menetapkan kebesarannya sendiri. Mereka mulai sadar akan tali perhubungan antara mereka itu bersama."
"The Uncrowned King of Java", raja Jawa tanpa mahkota telah lahir.
Tjokroaminoto pada bulan Maret 1913 terpilih menjadi Ketua Sarekat Islam dalam Kongres II di Solo. SI benar-benar pergerakan rakyat. Unsur nasionalisme, Islamdan kemudian marxisme masuk ke dalamnya.
Tokoh-tokoh seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka pernah menjadi anggota Sarekat Islam. Tetapi kemudian terpaksa keluar, karena SI melarang keanggotaan rangkap. Ketiga pemuka tersebut di samping menjadi anggota SI juga anggota Indische Sociaal Democratische Vereniging yang kemudian berubah jadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Birnie adalah seorang Belanda, pengusaha perkebunan. Sehabis mendengarkan pidato Tjokroaminoto dan Abdul Muis dalam Volksraad, dia tertegun dan langsung bertanya, "Zijn ze werkelijk Javanenl" - Benarkah mereka itu orang-orang Jawa?
BACA JUGA: Jalan Sunyi Jenderal Hoegeng, Jalannya Para Pemberani
Bukan hanya lincah danberwibawa dalam suara, tetapi revolusioner dalam isi. Sebab tahun 1918 Tjokroaminoto berpidato di
sidang Voksraad, "Jika pemerintah tidak hendak mengindahkan segala tuntutan itu dalam waktu lima tahun, maka Sarekat Islam sendiri yang kelak akan melaksanakannya."
Yang dituntut adalah perubahan Volksraad menjadi perwakilan rakyat yang sebenar-benarnya. Bersama-sama Boedi Oetomo, Insulinde, ISDP, Pak Tjokro membentuk Radicale Concentratie, penyusunan kekuatan bersama untuk memaksakan kehendak.
Dan ketika kehendaknya tak dipenuhi karena pemerintah kolonial tidak melaksanakan November Belofte, Pak Tjokro menyatakan keluar dari
Volksraad. (Jakob Oetama)
BACA JUGA: Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR