Meski sudah didirikan dengan pondasi yang cukup tinggi, yaitu 3 meter di atas tanah, namun tteap saja air banjir akan merusak beberapa bagian masjid.
Bangunan asli masjid ini yang berasal dari tahun 1200-1300 sudah rusak karena terkena erosi dan hujan besar terus-menerus.
Bangunan yang bisa kita kunjungi saat ini adalah masjid tiruan yang dibuat semirip mungkin dengan bangunan aslinya.
Ketika Prancis menguasai Mali pada tahun 1907, kekaisaran Prancis dengan perintah dari Katedral Notre-Dame memerintahkan untuk membangun ulang masjid Djenne di tempat aslinya.
Renovasi telah mengembalikan struktur yang serupa dengan bangunan aslinya, tetapi juga dari waktu ke waktu telah mengubahnya lebih halus.
Dengan rekonstruksi bangunan yang baik, masjid tanah liat di Djenne ini menjadi makin kokoh namun tetap pada hakikat aslinya.
Sayangnya, kondisi cuaca di Djenne berdampak buruk pada bangunan ini.
Setiap tahun hujan deras dan banjir menyebabkan kerusakan kecil maupun besar pada masjid ini.
Seluruh komunitas Djenne mengambil peran aktif dalam pemeliharaan masjid melalui festival tahunan yang unik.
(BACA JUGA : Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian )
Festival ini juga termasuk pertunjukan musik dan makanan, tetapi memiliki tujuan utama untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan pada masjid dalam satu tahun terakhir.
Kerusakan ini sebagian besar erosi yang disebabkan oleh hujan tahunan dan retak yang disebabkan oleh perubahan suhu dan kelembaban.
Source | : | wikipedia |
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR