Pada musim panas, siang hari lebih panjang daripada malam hari. Sementara pada musim dingin, malam hari lebih panjang daripada siang hari (short day).
Pada masa short day inilah kastuba menjalani proses pemingitan alami. Pada musim itu, gelap lebih lama daripada terang.
Tanpa proses penyungkupan pun, warna khasnya tetap bisa keluar. Ini merupakan kelebihan wilayah subtropis.
Kondisi semacam ini tidak bisa didapatkan di negara tropis macam Indonesia. Pada musim kemarau maupun musim hujan, panjang siang dan malam hari tidak berubah.
Itu sebabnya, untuk mendapatkan kondisi short day, kastuba harus "ditipu".
Ia disungkup dengan plastik hitam sejak pukul 16.00 supaya ia mengira bahwa hari sudah malam.
Sungkup baru dilepas ketika pukul 10.00 supaya ia mengira bahwa Matahari baru saja terbit.
Hanya dengan cara ini, daun kastuba akan mengeluarkan warna cantiknya.
(Baca juga: Terjual Rp6 Triliun, Inilah Lukisan Yesus Termahal di Dunia. Pembelinya? Pangeran Arab!)
(Baca juga: Dokter Oklahoma Mengklaim Suntikan Yesus Seharga Rp4 Juta Sanggup Sembuhkan Penyakit Kronis)
Warna daun yang merah, pink, atau putih ini bukan warna permanen. Biasanya hanya bisa bertahan satu hingga tiga bulan.
Setelah itu, kecantikannya pelan-pelan akan memudar. Sedikit demi sedikit warnanya akan kembali ke warna asalnya, hijau.
Mereka yang kenal dengan kastuba sudah tidak asing lagi dengan perilaku ini.
Tapi pembeli kastuba yang belum memahaminya kadang menyangka perubahan warna ini terjadi karena kastuba yang ia beli berkualitas jelek.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR