Entahlah, apakah ia juga memburuh. Yang jelas ia wanita pengekor kamp. Hidup berpindah- pindah mengikuti kamp.
(Baca juga: Mau Uji Nyali Berenang Bersama Buaya Raksasa Pemakan Manusia? Datanglah ke Sini)
Dalam sebuah wawancara, Amin pernah bercerita, "Keluarga saya miskin. Dulu saya harus mengangkut air, memasak, dan sore hari menggali untuk bantu-bantu mencari nafkah."
Belakangan ibu Amin pindah ke Buikwe, 18 km dari Jinja. Sampai tahun 1954 ia kumpul kebo bersama pria sebaya. Sekembalinya ke Jinja, mereka bergabung di barak tentara.
Entah bagaimana ia berhasil menggaet jejaka muda, Kopral Yafesi Yasin, juru tulis di Kesatuan King's Africa Rifles (KAR, tentara kolonial di bawah Inggris).
Sudah tentu Kopral Yasin diejek sana-sini. Usia pacarnya dua kali usianya! Apalagi sejak pindah ke situ, ibu Amin buka praktek dukun.
Tak jelas setelah beberapa lama, akhirnya Kopral Yasin "menendang" ibu Amin juga, sehingga terpaksalah Amin dan ibunya kembali ke Buikwe.
Ketika kemudian Yasin jatuh sakit sampai meninggal, menurut orang barak, Yasin "dikerjai" ibu Amin.
Kabur bugil ala Adam
Mungkin tak banyak yang tahu, kalau Jenderal Idi Amin memulai karier militernya di dapur. Ketika berangkat remaja, entah tahun 1943, entah 1946, Amin masuk KAR, sebagai asisten koki.
Ini suatu peningkatan, setelah sebelumnya ia sempat jadi penjaja kue. Tapi peperangan memberi Amin banyak kesempatan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR