Advertorial
Intisari-Online.com - Peristiwa mengejutkan terjadi saat berlangsung sidang pengadilan Slobodan Praljak di Pengadilan Internasional atau The Hague di Belanda .
Jenderal yang dituduh sebagai pembantai massal Muslim Bonsia itu tewas setelah minum racun.
Slobodan Praljak (72 tahun) dianggap sebagai penjahat perang dalam Perang Bosnia-Kroasia.
(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Pada pengadilan yang digelar pada 2013 lalu, Praljak dijatuhi hukuman selama 20 tahun.
Nah, pada Rabu (29/11) digelar persidangan untuk membacakan pembelaan Praljak.
Namun pembelaannya ditolak oleh pengadilan.
Dalam video persidangan terlihat hakim sedang membacakan keputusan sidang.
Setelah itu mantan panglima tentara Bosnia Kroasia itu berdiri dan meminum sesuatu dari tabung kecil.
Lalu ia berkata kepada hakim: “Aku baru saja minum racun. Aku bukan seorang penjahat perang. Aku menentang hukuman ini.”
Setelah itu ia kembali duduk dan merosot di kursinya.
Akibatnya hakim ketua Carmel Agius secara dramatis menunda dengan pendapat dan memanggil dokter.
(Baca juga: Ferdinand Schroner: Jenderal Nazi, Penjahat Perang, Legenda, Sekaligus Manusia Langka)
Ia juga menyakan gelas bekas Praljak minum sesuatu untuk diamankan.
Sebuah ambulan dan tim paramedis terlihat berlari ke dalam ruang sidang dan memberikan pertolongan darurat kepada Praljak.
Tidak berapa lama dalam video memperlihatkan ambulan bergegas membawa pria itu ke rumah sakit.
Menurut petugas pengadilan, Praljak ‘dirawat’ lebih dari satu jam.
Namun, kondisinya semakin menurun dan akhirnya meninggal di rumah sakit.
Pejabat Belanda langsung melakukan suatu investigasi tentang bagaimana Praljak bisa memiliki racun dan meminumnya selama sidang dengar pendapat.
Pengadilan mengatakan sidang itu melanjutkan pembacaan putusan, yang juga menyidangkan kasus melawan 5 tertuduh lainnya, termasuk Milivoje Petkovic.
Dilansir dari situs Mail Online, Rabu (29/11), Praljak adalah satu dari kasus terakhir pengadilan Yugoslavia PBB digelar sebelum sidang itu ditutup pada bulan depan.
(Baca juga: Guderian, Bapak Perang Tank Nazi yang Tak Pernah Dijatuhi Hukuman oleh Sekutu Meski Dilabeli Penjahat Perang)
Hakim Carmel Agius melanjutkan sidang di ruangan lain selama petugas berwenang menutup ruang sidang itu sebagai ‘sebuah tempat terjadinya perkara’.
Peristiwa yang dramatis ini terjadi di menit terakhir persidangan akan keputusan terakhir sidang sebelum ditutup.
Pengadilan Kriminal Internasional untuk mantan pejabat Yugoslavia (ICTY), yang digelar oleh PBB pada 1993, akan ditutup pada bulan mendatang setelah mandatnya berakhir.
Sekitar 6 mantan pejabat tingkat tinggi dan pejabat pertahanan dijatuhi hukuman pada 2013.
Mereka dituduh terlibat dalam sebuah kampanye ‘pembantaian etnis’ Muslim Bosnia.
Tertuduh utama dalam persidangan adalah mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic.
Namun, ia meninggal karena serangan jantung pada Maret 2006 beberapa bulan sebelum kasus genesidanya digelar.
Sementara dua tertuduh lainnya bunuh diri dengan cara gantung diri di dalam sel penjara PBB mereka menurut dokumen pengadilan.
Tertuduh lainnya, Slavko Dogmanovic meninggal pada 1998 dan Milan Babic ditemukan meninggal dalam selnya yang terkunci pada 2006.
Nah, inilah fakta tentang Slobodan Praljak.
Praljak dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun pada 2013 atas tindakan kriminal di jembatan Mostar, yang terletak di tenggara Bosnia dan Herzegovina.
Ia dituduh memerintahkan penghancuran Mostar, sebuah jembatan yang dibangun pada Abad ke-16, pada November 1993.
Hakim menyebutkan, peristiwa itu ‘menyebabkan kerusakan tidak seimbang terhadap populasi sipil Muslim Bosnia’.
Hakim ketua menjatuhkan beberapa hukuman pada Praljak tetapi sisa hukumannya tidak berubah.
Praljak adalah seorang tentara tertinggi yang dihukum dalam Sidang Internasional Hague.
Ia bertanggung jawab atas kejahatan perang melawan Muslim Bosnia di 30 tempat di Bosnia dan Herzegovina.