Akibatnya hampir semua personel Rajawali mendarat di atas pohon yang tinggi dan harus menunggu terang fajar agar bisa turun dengan selamat.
Posisi menunggu terang fajar pun masih dalam kondisi tergantung di tali parasut karena jika tali parasut sampai dilepas tubuh bisa terhempas ke tanah dan tewas.
(Baca juga: Kesal Mobil Diserempet, Oknum Kostrad Tembak Warga di Cibinong)
Ketika hari sudah pagi para pasukan Tim Rajawali yang masih berada di atas pohon teryata mengalami kesulitan saat mau turun karena pohonnya begitu tinggi.
Tali yang dibawa meskipun sudah digabung denga tali parasut cadangan tidak mencapai tanah sehingga perlu keahlian tersediri untuk bisa turun.
Salah satu personel Tim Rajawali, Prada S Ismail bahkan terjatuh dari atas pohon dan gugur.
Ketika para pasukan Tim Rajawali sudah berhasil mendarat di tanah mereka ternyata mendapat tantangan baru karena mengalami kesulitan untuk berkumpul.
Pasalnya jarak pendaratan antar personel yang satu dengan yang lainnya berjauhan dan tidak bisa saling memanggil.
Supaya posisi masing-masing pasukan saling diketahui senjata pun terpaksa diletuskan sebagai alat komunikasi.
Satu persatu personel pasukan Tim Rajawali mulai bisa berkumpul tapi suara tembakan itu juga didengar oleh tentara Belanda yang kemudian menyerang menggunakan mortir.
(Baca juga: Kisah Ajaib di Balik Jatuhnya Pesawat Dakota AURI yang Ditembak oleh Pesawat Tempur Belanda pada Operasi Trikora)
Dari jumlah 70 orang yang diterjunkan 42 orang berhasil berkumpul dan melanjutkan pertempuran, 13 orang tertangkap pasukan Belanda, dan sisanya hilang atau gugur.
Tapi perjuangan pasukan Linud Kostrad yang gagah berani itu akhirnya membuahkan hasil dengan kembalinya Irian Barat ke RI pada 23 Agustus 1962.
Pasukan Belanda sendiri mengakui kehebatan pasukan Kostrad itu karena pada jaman itu sebenarnya tidak ada pasukan yang berani terjun di hutan belantara Papua kecuali pasukan Indonesia (TNI).
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR