Saat terjadi pemberontakan PETA, Soedirman termasuk perwira yang dianggap berbahaya dan diberi perlakuan tersendiri.
Ada kemungkinan Soedirman malah akan disingkirkn oleh Jepang secara rahasia.
Tapi sebelum Jepang melaksanakan niatnya, tiba-tiba Sekutu berhasil memenangkan perang.
PETA pun dibubarkan dan selanjutnya, Soedirman mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Setelah berhasil membentuk BKR bersama tokoh masyarakat Banyumas, Soedirman berhasil melancarkan perebutan kekuasaan dari tangan Jepang secara damai.
Oleh karena itu pasukan Jepang yang dipimpin Mayor Yuda dengan senang hati menyerahkan kekuasaan termasuk persenjataan yang dimiliki.
Senjata yang diperoleh dari pengambilalihan kekuasaan itu cukup banyak sehingga BKR Banyumas menjadi kesatuan yang memiliki senjata paling lengkap.
Ketika Sekutu mendarat dengan diboncengi tentara Belanda dan bertugas melucuti serta menawan tentara Jepang, konflik pun pecah.
Pertempuran besar antara Sekutu dan tentara Indonesia akhirnya tak tercegah seperti peristiwa heroik 10 November di Surabaya.
Soedirman yang saat itu diangkat sebagai Panglima Divisi Sunan Gunung Jati atau Divisi V dan bertanggung jawab atas wilayah Kedu serta Banyumas pun kebagian tugas untuk menghadang pasukan Sekutu yag berangkat dari Semarang menuju Ambrawa.
Perang besar pun meletus di Ambarawa dan berhasil dimenangkan pasukan Soedirman.
Berkat prestasi itu Soedirman yang semula berpangkat Kolonel dinaikan jabatannya menjadi Panglima Besar berpangkat Brigadir Jenderal.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR