Dalam kondisi setengah gelap dan bi bawah temaram sinar bulan semua kru serta pasukan segera berkumpul di sekitar pesawat.
Komandan pasukan RPKAD tampak memberikann brifing sementara sebagian lainnya berkeliling lapangan udara untuk menilai situasi.
Hasil dari observasi medan itu cukup mengejutkan karena di balik semak semak sudah banyak tentara lokal yang datang mengepung dan siap menyerang.
Atas laporan itu, komandan pasukan RPKAD segera bertindak cepat.
Ia segera meraih megaphone dan menyerukan agar pasukan yang sedang mengendap di balik semak belukar segera keluar.
Komandan RPKD juga menegaskan bahwa pasukan yang baru mendarat adalah tentara RI.
Pasukan lokal yang semula bersembunyi pun keluar dengan menenteng senapan masing-masing dan selanjutnya saling bersalaman.
Ternyata pasukan lokal itu mengira jika pasukan yang baru saja mendarat menggunakan dua C-47 adalah pasukan Permesta yang ingin menduduki Pulau Buru.
Mujur pasukan lokal itu tidak langsung menembak begitu dua C-47 mendarat.
Pengiriman pasukan RPKAD ke Ambon akhirnya berjalan lancar dan dari Ambon pasukan RPKAD kemudian dikirim ke Sulawesi Utara untuk bertempur menggunakan kapal perang.
Pasukan RPKAD sendiri setelah berhasil mendarat di pantai Wori, Sulawesi Utara, langsung menunjukkan ketangguhannya sebagai pasukan tempur yang efektif dam efesien.
Salah satu pertempuran sengit dan memakan korban jiwa adalah ketika mereka bertempur memperebutkan Lapangan Udara Sam Ratulangi, Manado.
Kendati musuh banyak memiliki senjata pertahanan kaliber 12,7 mm, karena kurang terlatih dan berpengalaman tempur, senjata-senjata mematikan bantuan asing itu malah banyak yang ditinggalkan.
Banyak pasukan Permesta yang berlindung di parit pertahanan dan selanjutnya ditawan oleh RPKAD.
Namun demikian dua personel RPKAD gugur dan sejumlah lainnya terluka.
Untuk pertama kalinya pula dalam pertempuran itu mereka menghadapi mantan pasukan KNIL yang dipersenjatai senapan mesin Browning 30 Cal bantuan dari AS.
Hanya saja dalam suatu pertempuran di kawasan Tomohon, Tondano, dan Minahasa pasukan RPKAD harus menghadapi kenyataan pahit karena mereka harus melawan sesama anggota RPKAD yang telah membelot ke Permesta.
Sekitar satu peleton pasukan RPKAD yang sedang cuti dan pulang ke Minahasa akhirnya memutuskan bergabung ke Permesta ketika gerakan Permesta dikumandangkan.
Tidak ada pilihan lain bagi pasukan RPKAD kecuali harus bertempur secara profesional untuk menghadapi para rekannya yang telah bergabung kepada para pemberontak.
Dibawah pimpinan Letnan Satu LB Moerdani pasukan RPKAD kembali menunjukkan jati dirinya sebagai pasukan pemukul sekaligus menjadi bagian pasukan elit yang sukses melumpuhkan Permesta.
Seperti putaran jarum jam, usai bertugas di Sulawesi pasukan RPKAD yang sudah berada di Morotai dijemput menggunakan C-47 dan Convair 240.
Untuk kesekian kalinya para kru pesawat kembali berjuang menempuh penerbangan lebih dari lima jam nonsetop melawan cuaca buruk. Akhirnya semua pasukan berhasil mendarat di Pangkalan Perak ALRI, Surabaya.
Dan, mission accomplished!
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR