Demi menjaga kerahasiaan, kedua C- 47 AURI berangkat dari Pangkalan Udara Morotoi pada sore hari sehingga akan tiba di Lapangan Udara Pattimura saat malam.
Kedatangan pasukan RPKAD di Ambon pada malam hari itu memang disengaja mengingat simpatisan Permesta juga berada di Ambon.
Sebaliknya pasukan RPKAD yang mendarat di Ambon, oleh pasukan lokal yang masih pro pemerintah RI juga bisa dianggap pasukan Permesta.
Jadi pendaratan pasukan RPKAD bersenjata lengkap dan siap tempur itu tetap mengandung resiko diserang.
Penerbangan kedua C-47 dari sisi prosedur operasi pemindahan pasukan lewat udara juga menghadapi resiko tinggi karena tidak dikawal oleh pesawat-pesawar tempur AURI, sehingga jika disergap oleh pesawat tempur AUREV tidak bisa berbuat banyak.
Dalam PD II, pesawat-pesawat transportasi dalam penerbangannya selalu dikawal oleh sejumlah fighter yang bertugas menghadapi pesawat-pesawar fighter musuh yang datang menyerang.
Oleh karena itu melalui penerbangan malam, yang dilakukan secara rahasia, kemungkinan disergap pesawat AUREV juga kecil sehingga keselamatan pasukan yang diangkut juga lebih terjamin.
Penerbangan di akhir tahun merupakan penerbangan di musim hujan dan dibutuhkan pilot pilot yang sudah berpengalaman.
Hujan lebat dan cuaca buruk serta angin topan kerap menghadang di sepanjang rute udara kawasan Indonesia Timur.
Para pilot pesawat transportasi umumnya diperintahkan menghindari cuaca buruk itu dan mendarat di lapangan udara alternatif.
Seperti sudah diduga, ketika penerbangan dua C- 47 dari Morotai mulai mendekati Ambon, cuaca gelap dan gemuruh halilintar langsung menyergap.
Cuaca buruk itu sebenarnya bisa dilintasi C-47 yang bermesin baling-baling asal tidak terjebak oleh awan badai.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR