Advertorial
Intisari-Online.com – Di pasaran memang banyak dijual pasta gigi khusus untuk anak-anak. Jika hanya untuk menghemat biaya, mungkinkah bila anak-anak menggunakan pasta gigi yang biasa dipakai oleh orangtuanya?
Pasta gigi umumnya mengandung fluorida yang bertujuan untuk mengembalikan mineral di gigi yang hilang akibat asam.
Plak yang merupakan massa bakteri, jika bertemu dengan gula dari makanan (terutama karbohidrat), akan menghasilkan asam laktat.
“Asam inilah yang menyebabkan larutnya mineral dari permukaan gigi atau disebut dengan demineralisasi, sehingga gigi menjadi sensitif. Jika proses ini terjadi berulang-ulang, akan menyebabkan gigi berlubang,”jelas Drg. Lala Iwan, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Jawa Barat.
BACA JUGA:Tak Bisa Diam dan Gemar Lompat-lompat, Itu Pertanda Anak Anda Punya Kecerdasan Kinestetik Tinggi
Fluorida akan diserap oleh gigi, untuk menghilangkan plak dan membuat gigi tidak mudah goyang.
Pasta gigi dewasa biasanya mengandung “deterjen” yang lebih banyak. Kadar fluoridanya pun lebih tinggi, yang dimaksudkan membuat gigi lebih bersih dan menghilangkan plak tadi.
Sebenarnya ada batasan kecukupan fluorida untuk semua golongan umur, yang ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM) Amerika Serikat pada 1997.
Batas atas fluorida yang aman menurut IOM tersebut adalah 0,7 mg/hari untuk bayi 0 – 6 bulan; 0,9 mg/hari untuk kelompok 7 – 11 bulan; 1,3 mg/hari untuk anak umur 1 – 3 tahun; 2,2 mg/hari untuk anak 4 – 8 tahun; serta 10 mg/hari untuk kelompok di atas 8 tahun, termasuk pada wanita yang sedang hamil dan menyusui.
Jika kebanyakan fluorida yang tertelan, maka dapat menyebabkan fluorosis. Padahal, selain dari pasta gigi, kita juga mendapatkan asupan fluorida dari air minum dan makanan yang ditambahi mineral ini.
Penambahan asupan fluorida 0,1 mg/kg berat badan/hari saja dapat menimbulkan gigi burik (mottled), yang merupakan gejala fluorosis ringan.
Gigi tak lagi putih seperti gigi sehat melainkan pucat dan buram. Kerusakan enamel secara kualitatif dapat terjadi karena peningkatan konsentrasi fluor selama pembentukan enamel gigi.
Kalau fluorosis yang terjadi lebih berat, akibatnya, selain warna gigi lebih gelap, enamel gigi menjadi rapuh. Fluorosis yang kronis bisa menyebabkan penyakit tulang dan abonormalitas sendi.
Bukan itu saja, akumulasi asupan fluorida dalam tubuh juga menimbulkan dampak pada kesehatan reproduksi, kerusakan otak, bahaya terhadap IQ, masalah pubertas dini, serta fungsi tiroid.
Fluorosis tidak dapat diobati, namun pengaruh buruknya dapat ditekan apabila penyakitnya dapat didiagnosis lebih awal.
Sementara, kekurangan fluorida sangat jarang terjadi. Defisiensi (kekurangan) fluorida akan menyebabkan karies gigi dan gigi yang tumbuh tidak mencapai jumlah normal.
BACA JUGA:Tahukah Anda Para Pembenci Durian, Ternyata Durian Punya Banyak Manfaat Bagi Kesehatan
Pasta gigi yang beredar saat ini kebanyakan adalah pasta gigi yang mengandung fluor tinggi, bahkan pada pasta gigi anak.
Padahal, anak-anak yang berusia di bawah limatahun seharusnya menggunakan pasta gigi yang sama sekali tidak mengandung fluor.
Karena anak-anak sejak dini sudah mulai diajar menggosok gigi, disarankan untuk menggunakan pasta gigi khusus anak-anak.
Pasta gigi dewasa boleh-boleh saja dipakai oleh anak-anak, minimal sudah berusia lima tahun. Cukup sebutir jagung, ratakan di atas sikat gigi, barulah dipakai untuk menggosok gigi.
Ajari anak-anak untuk membuang sisa pasta gigi dengan berkumur-kumur dan meludah.
BACA JUGA:Ini Dia Jam-Jam Berbahaya Untuk Mandi