Para suku Kurdi yang di era pemerintahan Saddam Hussein menjadi ajang sasaran pembantaian menggunakan senjata kimia, sebentar lagi bahkan bisa memiliki wilayah otonom.
Pasalnya dengan pemerintah Irak yang sekarang mereka malah menjadi bersahabat gara-gara sama-sama memerangi ISIS.
Tapi di Suriah, militer AS terpaksa “bersahabat” dengan pasukan militan ISIS karena sama-sama ingin menumbangkan pemerintah Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al Assad.
Hingga saat ini Presiden Assad yang didukung oleh pasukan pemerintah Suriah dan militer Rusia masih memiliki kekuatan militer yang memadai untuk menghadapi pasukan pemberontak Suriah, pasukan militan ISIS, dan pasukan AS.
Rusia dan AS sebenarnya sudah memperebutkan Suriah sejak dulu di era Perang Dingin masih berlangsung.
Tapi untuk menunjukkan bahwa kedua negara ini tidak berseteru di Suriah, keduanya kadang-kadang sama-sama menyerang militan ISIS tapi ada bedanya.
Rusia serius menggempur ISIS di Suriah, sebaliknya militer AS melakukannya dengan setengah hati.
Baik Rusia maupun AS sama-sama ingin menguasai Suriah karena negara di Timur Tengah ini kaya akan tambang minyak.
Jika Suriah berhasil dikuasai AS, maka pasukan ISIS yang selama ini dibantunya akan dengan mudah ditumpas, apalagi pasukan ISIS kondisinya pasti sudah makin melemah.
Pasukan yang saat ini berhadapan di Suriah sebenarnya pasukan yang bertempur demi kepentingan AS dan Rusia.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR