Advertorial
Intisari-Online.com -Malas mungkin penyakit yang sering menjangkit terutama pada generasi muda. Namun ‘kemalasan’ bisa menjadi kritik yang terlalu sering didengungkan tanpa solusi.
Jika kita mencoba memahami alasan mengapa seseorang menunda-nunda mengerjakan sesuatu, mungkin kita akan menemukan fakta-fakta yang mengejutkan.
Meski begitu, jangan asal memberikan stempel terhadap seseorang bahwa dia malas. Luangkan waktu untuk mencari tahu mengapa Anda ataupun orang lain mengidap penyakit ini.
(Baca juga:Jangan Langsung Kesal Bila Disebut Pemalas Jika Belum Ikuti Kuis Ini! Siapa Tahu Anda Memang Pemalas)
Tujuh hal ini bisa jadi hal-hal penyebab ‘kemalasan’.
1. Takut gagal
Banyak orang yang berusaha menunda mengerjakan sesuatu.
Tanpa disadari, sebenarnya mereka menilai rendah diri sendiri. Mereka takut jika mengerjakan atau melakukan sesuatu akan menghasilkan kegagalan.
Hal itu akan membuat mereka hancur dan mereka benar-benar ketakutan.
2. Takut menjadi sukses
Terdengar lucu namun hal ini mungkin pernah Anda alami.
Mereka yang mengalami hal ini biasanya tidak ingin terlibat konflik dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya saja istri yang mendapat promosi di kantornya sehingga jabatannya lebih tinggi daripada suaminya.
Budaya ini memang terlihat kolot, namun sebagian besar masyarakat masih menganutnya.
(Baca juga:Malas Gosok Gigi, Tapi Takut Sakit Gigi? Coba Saja Amabrush. Gigi Kita Dijamin Bersih dalam Waktu 10 Detik)
3. Keinginan untuk dimanja
Bermanja-manja dengan orang yang kita cintai juga bisa menjadi alasan menjadi malas.
Baik laki-laki maupun perempuan kadang kala merasa dicintai jika seseorang mau melakukan sesuatu untuk dirinya.
4. Takut berharap
Mereka biasanya menetapkan standar yang rendah untuk diri sendiri serta menghindari komitmen.
Tipe alasan malas ini mencegah diri mereka memiliki harapan yang tinggi. Ekspektasi yang tinggi akan menghancurkan diri mereka jika nantinya tidak terlaksana.
Maka mereka memilih untuk menghindari berekspektasi tinggi dan membiarkan orang lain yang membuat rencana-rencana (jika terlibat dalam sebuah grup kerja).
Dengan tidak terlibat dalam pembuatan rencana, otomatis mereka bisa terbebas dari tanggung jawab yang mengikat.
5. Komunikasi yang pasif-agresif
Menghindari konflik seringnya diekspresikan dengan kemalasan. Karena ketakutan mengungkapkan perasaan secara langsung, bentruk protes yang terjadi adalah melalui kemalasan.
Misalnya seseorang merasa tidak puas dengan kebijakan di tempat kerjanya. Maka ia melakukan ‘protesnya’ dengan menjadi lebih pasif berargumen bahkan menyumbang sangat sedikit kontribusi.
Ia hanya mengerjakan apa yang menjadi bagiannya dan tidak peduli dengan anggota lain.
(Baca juga: Inilah Lima Teknik Relaksasi yang Cepat Hilangkan Stres)
6. Butuh waktu relaksasi
Banyak orang menargetkan diri mereka untuk produktif setiap waktu. Mereka akanmenghukum diri jika target tidak tercapai dan mengutuk diri sebagai orang ‘malas’.
Hal ini membuat sistem kerja menjadi kacau, rasa lelah dan lemas mungkin menjadi indikasinya. Anda menjadi tidak bergairah saat mengerjakan sesuatu padahal sedang mengejar target dalam pekerjaan.
Padahal, bisa jadi saat dalam tekanan, tubuh dan pikiran kita membutuhkan waktu bersantai.
7. Depresi
Seorang yang depresi mengalami dilema yang rumit. Seperti lingkaran, orang yang depresi biasanya merasa terjebak.
Mereka tertekan karena berada pada suatu kondisi namun hal ini diperparah dengan kemarahan pada dirinya sendiri karena dia sendiri yang membawa dirinya ke sana.
Seperti ketika Anda tertekan dalam sebuah pekerjaan, namun Anda marah pada diri sendiri karena menerima pekerjaan tersebut.
Umumnya orang yang membenci diri sendiri karena malas, adalah orang yang sedang mengalami depresi.
(Baca juga:Secukupnya Saja, karena Kebanyakan Tidur Bisa Sebabkan Depresi dan Cepat Mati)
Tidak langsung memberikan ‘stempel’ malas terhadap seseorang mungkin lebih menolongnya mengobati kemalasannya.
Memahami alasan di balik rasa malas seseorang akan sangat berarti dan lebih berjangka panjang.
Mulai sekarang, biasakan untuk mencari tahu mengapa Anda atau orang lain tejangkit ‘kemalasan’ dan berikan pertologan yang tepat supaya kemalasan tidak menjadi penghambat dalam menikmati hidup yang indah ini.
(Natalia Mandiriani)