Apalagi menurut Des, "Saya suka mencuri mangga di pohon orang, sehingga pemiliknya kadang-kadang datang dan melapor kepada Pak Hatta."
Karena sifat kekeluargaan orang Banda, tak lama kemudian biasa pula anak-anak makan atau jatuh tertidur di rumah mereka.
"Hobi" Des yang lain adalah berkelahi, walaupun penyebabnya cumalah masalah sepele.
Menilik tubuhnya yang besar, andaikan nasibnya meleset dari yang sekarang, ada kemungkinan Des menjadi petinju yang sukses.
Sambil tergelak ia bercerita, "Pernah ada seorang keturunan Ambon - Banda yang menjadi petinju terkenal. Menurut Pak Sjahrir, ia bisa hebat karena dulu sehari-hari berkelahi dengan saya."
Namun cita-cita Des kecil sebenarnya adalah menjadi nakhoda.
Selamat berkat nama "Hatta"
Apa saja yang dipelajari Des dari kedua guru yang istimewa ini? "Pak Hatta amat disiplin dan selalu tepat waktu. Sedangkan dari Pak Sjahrir saya belajar bagaimana mengamati dan mempelajari orang. Maklumlah, masa itu kami harus waspada benar terhadap mata-mata," katanya.
Bisa dibayangkan, si kecil Des yang bandel di bawah asuhan Hatta yang amat disiplin. "Tentang saya, Pak Hatta pernah berkata, 'Kamu bisa baik, karena saya dulu sering marah-marah"','" lanjut Des sambil ketawa.
Ketika Ambon jatuh ke tangan Jepang, kapal terbang Amerika Catalina (pesawat sekutu terakhir yang lepas landas dari Ambon) terbang ke Banda untuk menjemput tawanan dalam pengasingan.
Pagi-pagi buta, 31 Januari 1942, hanya diberi tahu 15 menit sebelumnya, Hatta dan Sjahrir bergegas ke dermaga.
Mereka terbang ke Surabaya dengan membawa 3 orang anak keluarga Baadilla, Mimi; Lili, dan Ali yang baru berusia 3 tahun.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR