Namun kata controleur acuh tak acuh, "Biar saja kaum merah angkat barangnya sendiri."
Penentang pemerintah Belanda memang selalu digolongkan "merah", atau komunis.
Diangkat anak oleh Sjahrir
Saat itulah salah seorang tuan yang lebih muda, melihat si bocah.
Dalam bahasa Belanda ia bertanya, "Kamu tahu rumah Pak Cipto Mangunkusumo?"
Yang serta-merta dijawab, "Jauh, Meneer. Tapi kalau di depan situ rumah Pak Iwa Kusuma Sumantri."
Si anak yang selalu bergerak cepat bergegas ke rumah Cipto Mangunkusumo, "Pak Cipto, ada dua tuan datang."
"Siapa?" tanya tokoh pergerakan yang ketika itu sudah senior dan sudah beberapa lama diasingkan di sana.
"Yang satu saya baca namanya Hatta."
"Hatta?" Pak Cipto kedengaran terkejut.
Bagi si kecil Des Alwi, nama Sutan Sjahrir memang lebih sulit dibaca dan diingat, walau Sjahrir-lah yang mengajaknya berbicara lebih dulu.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR