Setelah beberapa tahun, Eto mencapai kematangan dan merupakan gorilla besar yang luar biasa, dengan dada yang lebar dan otot-otot yang beriak.
Ayahnya menantangnya sekali lagi dan mereka berdua terhempas di lapangan terbuka di hutan. Seluruh anggota kelompok berkumpul untuk menyaksikan Ikenga yang kuat menyerang Eto yang percaya diri.
Tinju terbang, jambul rambut melayang di udara dan kedua binatang itu mendengus dan menggeram saat mereka berkelahi dengan intensitas tinggi.
Setelah berjam-jam, Eto berada di atas angin dan akhirnya membuat ayahnya jatuh ke tanah.
Dia berbalik, menghadapi gorila-gorila lainnya dan mengangkat tangan lelahnya dengan penuh kemenangan.
Dia menunduk menatap ayahnya, yang dipukuli dan berdarah.
Ikenga berhasil tersenyum dan memanggil anaknya.
"Saya sangat bangga denganmu," gumamnya lemah.
"Terima kasih ayah, tapi saya tidak mengerti, mengapa harus seperti ini? Kenapa kita harus bertarung?"
"Kau tidak akan pernah sekuat sekarang tanpa perjuangan," jawab Ikenga. "Tapi ada satu hal lagi yang perlu kau pelajari sebelum kau siap untuk memimpin."
"Apa itu?"
"Dengan kekuatan maka datanglah tanggung jawab. Sekarang setelah kau kuat, kau harus mengasihani yang lemah dan jangan pernah menggunakan kekuatanmu untuk mengintimidasi atau memanipulasinya, tapi untuk memimpin mereka."
Eto membantu ayahnya berdiri dan saat melakukannya, Ikenga melihat sesuatu di punggung anaknya.
"Hei semuanya, Eto memiliki rambut perak pertamanya," dia memproklamirkan dengan bangga ke seluruh anggota kelompok.
Kelompok gorila itu bersorak senang dan Eto kemudian menjadi pemimpin yang kuat dan bijak.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR