Sebelumnya, mereka berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati, membaca salawat dan tahlil.
Sedangkan puncak peringatan, pembacaan "Babad Cirebon", dilaksanakan persis di malam 1 Suro.
Babad yang menceritakan awal berdirinya Kerajaan Cirebon ini dibacakan langsung Pangeran Muhammad Amaludin, putra Sultan.
Dulu, acara ritual itu diadakan di bangunan Witana, di belakang Keraton Kanoman.
Tapi, karena bangunan itu sudah terlalu tua dan khawatir rusak, acara dialihkan ke pendopo utama.
Selama membaca naskah, Amal – begitu Amaludin dipanggil - didampingi tujuh abdi.
Tiga orang masing-masing membawa baki berisi naskah babad, tempat kemenyan, meja kecil, sedangkan yang empat orang membawa lilin.
Tak ketinggalan, didampingi pula enam ulama sepuh.
Usai pembacaan babad, acara dilanjutkan dengan persembahan nasi tumpeng kepada khalayak yang hadir.
Di sini tampak betapa daya tarik magis keraton masih berkibar buat kalangan tertentu.
Bak "singa lapar", ratusan pengunjung berebut tumpeng, yang jumlahnya belasan.
"Bukan makanannya, tapi berkahnya yang saya-cari," aku seorang pemilik toko di Pasar Kanoman.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR