Sengatan Lebah, Mengobati atau Meracuni sih?

Moh Habib Asyhad

Penulis

Bahkan, sekarang sudah ada orang yang membuka praktek pengobatan dengan sengatan lebah untuk berbagai penyakit.

Intisari-Online.com – Sudah lama orang menganggap sengatan lebah bisa menyembuhkan penyakit rematik. Bahkan, sekarang sudah ada orang yang membuka praktek pengobatan dengan sengatan lebah untuk berbagai penyakit.

Namun, sedemikian hebatkah khasiat racun dari sengatan lebah itu?

“Mas, mau mencoba disengat lebah?" tanya Kak Wawan, seorang staf Museum Perlebahan Pusat Apiari Pramuka (PAP).

"Ah, enggak!. Enggak!," jawab saya kaget. Saya 'kan datang ke Cibubur ini untuk mengunjungi museum. Saya tidak mau pulang dalam keadaan bengkak-bengkak dan panas dingin.

(Baca juga:Hati-hati, Sengatan Ubur-ubur Ini Bisa Tingkatkan Tekanan Darah)

Tetapi ternyata, orang lain yang datang ke tempat itu malah sengaja meminta dirinya disengat lebah. Buat apa?

"Eh, bisa menyembuhkan macam-macam penyakit!" kata beberapa orang dengan yakin.

Pusing, tekanan darah tinggi maupun rendah, rematik, sesak napas, kanker, mata minus dan bahkan lemah syahwat!

Saya jadi penasaran. Saya lihat catatan PAP. Ternyata ada 1.683 orang yang datang minta disengat lebah pada tahun 1988.

Tentang kesembuhan pasien, saya tidak memperoleh data yang pasti. Cuma, ada beberapa mantan pasien yang menguimkan surat tanda terima kasih karena penderitaannya berkurang.

Saya sih jelas tidak kanker, tidak lemah syahwat, tetapi kadang-kadang saya pusing. Bagaimana kalau saya mencoba-coba?

Saya diajak masuk ke ruang penyengatan yang mirip ruang praktek dokter dan dipersilakan membuka baju. Kak Wawan yang berpakaian pramuka itu menjepit seekor lebah dan dalam gelas.

Potongan sarang juga ada di sana agar serangga itu betah di dalamnya. Gelas itu ditutup, tapi tidak rapat, supaya lebah tidak kehabisan oksigen.

Setahu saya, orang yang disengat lebah akan demam, pusing dan bahkan muntah. "Enggak kok!" kata Kak Wawan.

Lebah yang meronta-ronta di pinset itu dibawa dekat saya dan tiba-tiba cep ..., pundak kiri saya terasa nyeri, lebih sakit daripada disuntik.

Sekitar lima belas detik kemudian, sengat diangkat dengan pinset tadi. “Satu sengatan belum cukup, Mas!” kata staf Apriari itu.

Yah, apa boleh buat. Saya pun merelakan pundak yang sebelah lagi untuk disengat.

Badan saya jadi berkeringat. Di sekitar yang disengat terasa sedikit gatal. Beberapa waktu kemudian mengencang. Saya raba ternyata sedikit bengkak. Yang saya rasakan cuma itu.

Madu dan kunyit

Beberapa hari kemudian, saya mengunjungi peternakan lebah di Gringsing, Kabupaten Batang, Jateng. Saya ingin melihat langsung apa dan bagaimana peternakan lebah itu.

Eh, ternyata PAP di sini sering juga kedatangan pasien untuk berobat. Jadi saya pun menyempatkan diri untuk menemui dua pasien dari Semarang.

Pasien pertama yang saya temui adalah seorang bapak yang tidak bersedia disebut namanya. Pensiunan Departemen Tenaga Kerja ini menderita tumor di perut.

Sebenarnya tumor tersebut harus dioperasi. Namun, karena ia juga mengidap penyakit gula, operasi pun dibatalkan. Kemudian ia tertarik pada pengobatan dengan sengatan lebah.

Sebelum bersengat ria di Istana Lebah, PAP Gringsing, ia sempat menyengatkan diri di Malang selama seminggu.

Di Gringsing, bapak ini disengat seminggu dua kali, kemudian seminggu sekali dan telah datang 37 kali.

Yang disengat meliputi sekeliling tumor, di tumornya sendiri, telapak kaki dan lutut bagian belakang.

"Sengatan itu bisa dianggap sebagai suntikan, sedangkan resep 'dokter'nya berupa campuran madu dan kunyit perasan," katanya.

Entah bagaimana prosesnya, konon tumornya menjadi alum (lembek) dan mengecil. Bahkan ia merasa badannya lebih fit.

Pasien kedua adalah Pak Hasrun Harnadi. Jebolan Pertamina yang kini menjadi pengusaha pompa bensin ini, berhasil saya temui di areal calon pompa bensinnya di Truko, sekitar 10 km dari Gringsing ke arah Semarang.

Bapak ini telah tiga tahun menderita lemah syahwat (impoten). Ia juga menderita rematik.

Menurut pengakuannya, setelah berobat sengatan lebah di Gringsing empat kali, dia merasa lebih kuat.

"Namun sekarang agak lemah lagi, karena kurang rutin ke sana," tutur bapak berusia 57 tahun ini. Bukan itu saja, "rematik saya pun jadi sembuh," ungkapnya.

Dari keterangan tertulis Drs. Hartono Hdw., seorang apoteker dari sebuah perusahaan farmasi, saya ketahui racun lebah memang sangat bermanfaat untuk rematik.

Bahkan, dapat pula dipakai sebagai obat luar. Dengan sengatan lebah, kulit si sekitarnya menjadi merah dan terasa hangat, karena darah banyak mengalir ke permukaan.

Setelah diserap ke dalam tubuh berkat bantuan enzim-enzim dalam racun itu, kelenjar pituitary terangsang untuk menghasilkan hormon ACTH (adrenal corticotrophic hormone).

Hormon ini lalu merangsang cortex adrenal untuk memproduksi hormon kortison lebih banyak. Hormon kortison inilah yang sangat berguna untuk penyakit rematik.

Jangan gegabah

Untuk mengetahui lebih banyak tentang pengobatan dengan sengatan lebah itu, saya membaca beberapa kepustakaan.

Cara pengobatan yang saya saksikan ternyata masih sederhana. Cara lainnya bisa dilakukan seperti akupungtur.

Atau yang lebih canggih lagi dengan menyuntikkan racun lebah yang steril, seperti yang dinyatakan oleh Nicolae V. Iliesiu. Yang penting pasien jangan sampai klenger karena kelebihan dosis.

Menurut para ahli, seperti yang ditulis Hartono, untuk mendapatkan racun itu lebah disetrum dalam suatu tempat dengan permukaan khusus yang bisa menampung racun.

Untuk mendapatkan 1 g racun lebah diperlukan seratus ribu sengatan. Jadi, kalau seseorang disuntik racun lebah 1 mg saja, berarti sama dengan menerima sengatan dari seratus ekor lebah.

Padahal, menurut hasil penelitian yang ditulis dalam Apiaka, dosis pengobatan hanya berkisar antara 5-10 sengatan. Bila yang diterima 200-300 sengatan berturut-turut, si pasien akan keracunan. Lebih fatal lagi, kalau menerima 500 sengatan sekaligus, bisa mati!

Untuk meyakinkan, saya ngomong-ngomong dengan dokter spesialis alergi, dr. Mustopo Widjaja.

Menurutnya, pada sengatan pertama, tubuh akan membentuk sedikit imunoglobulin tipe E (IgE). Sengatan berikutnya akan meningkatkan kadar IgE, bahkan bisa melonjak.

Karenanya, bagi mereka yang sejak lahir berbakat membentuk IgE berlebihan yang merupakan biang alergi, perlu hati-hati. Pada orang normal kadar IgE ini amat sangat rendah.

Kontak racun lebah dengan IgE ini menyebabkan IgE "menempel" pada sel mast dan sel basofil yang mengandung banyak histamin.

Bila histamin sampai keluar akibat banyaknya IgE, maka akan menimbulkan gejala-gejala berupa benjolan, gatal-gatal, sesak napas, tekanan darah menurun dan pingsan, bahkan bisa mati mendadak!

Mencegahnya bisa dilakukan dengan membuat seseorang kebal terhadap racun lebah.

Caranya dengan memberikan "vaksin" racun lebah secara bertahap dan teratur. "Pemberiannya bisa selama hidup orang itu" kata dr. Mustopo.

Di luar negeri orang-orang yang alergi terhadap sengatan lebah biasanya dibekali adrenalin bitatras. Cairan bening dalam ampul ini berfungsi mengatasi akibat sengatan lebah.

Cara menyuntikkannya harus sesuai dengan petunjuk dokter. Bila masih memungkinkan bisa pula dilakukan oleh dokter. Dosisnya sedikit sekali.

Untuk mengetahui alergi atau tidak, seseorang harus menjalani pengujian terhadap IgE yang spesifik terhadap racun lebah ini.

Jadi tidak bisa dengan coba-coba disengat lebah saja. Bisa berabe. (Gede)

(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1990)

Artikel Terkait