Penulis
Intisari-Online.com – Sepasang orang tua berjalan perlahan menuju restoran cepat saji pada suatu malam musim dingin.
Mereka tampak tidak pada tempatnya di tengah keluarga muda dan pasangan muda yang makan di sana malam itu.
Beberapa pelanggan tampak kagum pada mereka, dan kita bisa tahu apa yang dipikirkan oleh para pengagum pasangan itu.
"Pasangan itu pasti telah melewati begitu banyak bersama-sama, mungkin selama 60 tahun atau lebih!”
Pasangan tua itu langsung menuju kasir, memesan makanan tanpa ragu dan kemudian membayar makanannya.
Pasangan itu menuju sebuah meja di dekat dinding belakang dan mulai mengambil makanan dari nampan.
Ada satu burger vegetarian, satu pesanan kentang goreng, dan satu minuman. Orang tua itu membuka bungkusan burger vegetarian polos itu dan dengan hati-hati memotongnya menjadi dua.
Ia meletakkan yang satu bagian di depan istrinya. Kemudian dengan hati-hati ia menghitung kentang goreng, membaginya menjadi dua tumpukan dan dengan rapi meletakkan satu tumpukan di depan istrinya.
Ia menyesap minumannya, kemudian istrinya menyesapnya, lalu meletakkan cangkir di antara keduanya.
Saat pria tua itu mulai memakan beberapa gigitan burger vegetarian, kerumunan orang mulai gelisah. Sekali lagi, kita bisa tahu apa yang mereka pikirkan, “Pasangan tua yang malang itu, hanya mampu membeli satu makanan untuk mereka berdua.”
Saat pria tua itu mulai memakan kentang gorengnya, seorang pemuda berdiri dan mendekati meja pasangan tua itu. Ia dengan sopan menawarkan untuk membeli makanan lain untuk pasangan tua itu makan.
Pria tua itu menjawab bahwa mereka baik-baik saja. Mereka terbiasa berbagi segalanya.
Kemudian kerumunan itu melihat bahwa wanita tua itu belum sedikit pun menggigit makanannya. Ia hanya duduk di sana sambil mengamati suaminya makan dan sesekali bergiliran sambil minum.
Sekali lagi pemuda itu mendekat dan memohon agar membelikan mereka sesuatu untuk dimakan. Kali ini wanita itu menjelaskan bahwa mereka biasa berbagi segalanya bersama.
Saat pria tua itu selesai makan dan menyeka wajahnya dengan serbet, pemuda itu tidak tahan lagi. Sekali lagi ia menghampiri mejamereka dan menawarkan untuk membeli makanan.
Setelah ditolak dengan sopan lagi, akhirnya pemuda itu bertanya pada wanita tua itu, “Bu, mengapa tidak makan? Anda mengatakan bahwa Anda berbagi segalanya. Lalu, apa yang Anda tunggu?”
Setelah terdiam beberapa lama, wanita tua itu menjawab, “Giginya.”
Dan beberapa saat kemudian pria tua itu memberikan istrinya gigi palsu mereka--yang sebelumnya ia pakai. Begitulah, mereka terus berbagi bersama dalam segalanya, termasuk dalam urusan gigi palsu.