Belajar ‘Parenting’ dari Cara Putri Diana Menghadapai Kenakalan William yang Dijuluki ‘Billy si Tukang Banting’

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com – Bagi seorang ibu memang sulit untuk mendidik anak. Lebih-lebih calon raja.

Memang serba salah. Dikerasi, namanya anak pangeran; kalau terlalu lunak, anaknya bandel sekali.

Itulah dilema yang dihadapi Putri Diana.

Apalagi pengasuh yang menangani anak-anak itu secara langsung, karena ibu mereka sangat sibuk.

Si cantik Putri Diana pasti kurang sreg kalau anaknya dikatakan "manja" atau "tak tahu adat."

Soalnya, ketika William masih bayi, ia sering mengaku khawatir sekali anaknya akan jadi manja.

Tetapi belum lama ini, Barbara Barnes, pengasuh anak-anaknya, mengundurkan diri.

Selain tidak dinyana, keputusan Barnes ini juga tidak umum.

Pengasuh anak di Inggris biasanya terus bekerja sampai anak asuhan yang terkecil masuk asrama.

Kabarnya, Barnes agak sewot karena cara-caranya mendisiplin Pangeran William yang konon makin bandel itu tidak disetujui boss-nya.

Keputusan drastis ini sebenarnya cuma satu dari banyak masalah cara pasangan Charles — Diana mendidik anak-anak mereka.

Berita tentang berandalnya si cilik William yang kapan-kapan akan menjadi raja Inggris ini merembes ke luar dari istana: dari menggigiti buku-buku antik, mencemplungkan sepatu ayahnya yang mahal ke dalam kloset lalu menyiramnya, sampai membanting patung miniatur yang tak ternilai harganya dan nenek buyutnya, Ratu Victoria.

Di sekolah, beberapa ibu kawan sekelas William juga mengeluh tentang kekasaran dan keberandalannya.

Begitu 'hebat' reputasi William, sampai ia mendapat julukan "Billy si Tukang Banting".

Ketika pamannya (Pangeran Andrew) menikah, William malah membuat tontonan tersendiri dengan segala macam ulahnya.

Gatal tangan

Sejak awal, Putri Diana sudah mengumumkan niatnya ingin membesarkan anak-anaknya dalam lingkungan yang sebiasa mungkin.

Padahal bagaimana mungkin keluarga pasangan calon raja dan permaisuri Inggris bisa "biasa-biasa" saja?

Tahun lalu saja ia harus hadir di 274 acara resmi.

Ada peresmian rumah sakit, pertemuan dengan ibu-ibu yang mendapat tunjangan kesejahteraan, ada pesta-pesta dansa gala, sampai ke pertunjukan film perdana untuk dana sosial.

Setiap pagi Diana hanya 1 jam melewatkan waktu bersama anak-anaknya. Sedangkan sore hari 2 jam.

Mungkin karena merasa agak bersalah, kadang-kadang ia memilih sikap "tak apalah sekali-sekali" kalau anaknya nakal.

Pernah William ngotot bilang "nggaaak!" ketika akan mengenakan celana biru seragam sekolah.

Ia mau pakai yang merah. Diana membolehkan dengan alasan, "Biar dia memilih daripada ribut."

Diana juga mengeluarkan peraturan tidak bolen ada yang membentak atau memukul anaknya.

Padahal akibatnya seorang bekas pegawai Kensington Palace (tempat tinggal Pangeran dan Putri Wales) mengaku sering gatal tangan ingin memukul pantat pangeran kecil William, pada saat ulahnya sungguh-sungguh keterlaluan.

Padahal Diana sendiri pernah tak tahan. Suatu hari keluarga Wales sedang berakhir minggu.

Tanpa setahu ibunya, William berhasil merayu detektif polisi supaya mengizinkan ia naik ke mobilnya.

Waktu Diana melihat anaknya sedang dipangku pak polisi sambil bermain-main dengan kemudi mobil, langsung ia menarik anaknya ke luar.

William dipukulnya keras-keras, lalu diseret ke dalam rumah.

Tentu saja William melolong-lolong. Tak lama si Berandal keluar lagi menghampiri pak detektif polisi.

Katanya, "Saya minta maaf tadi memainkan mobil Anda."

Bapak yang baik

Diana, wanita yang kemauannya biasa dituruti. Terutama dalam masalah anak-anak.

Sikap tegasnya mula-mula tampak ketika ia bersikeras melahirkan William di Rumah Sakit St. Mary.

Ratu sebenarnya ingin menantunya itu melahirkan di Buckingham Palace.

Diana juga menuntut agar suaminya ikut berpartisipasi mengurus anak. Untung Charles bapak yang cukup baik juga.

Dengan senang hati ia menjalankan tugas tambahannya waktu malam sebelum tidur: memandikan, mendongeng dan menidurkan kedua anaknya.

Diana melanggar tradisi lagi, ketika ia memboyong William ikut bersamanya berkunjung ke Australia dan Selandia Baru pada tahun 1983.

"Mana mungkin saya meninggalkan anak sampai enam minggu?" katanya.

Ketika ia terpaksa juga berpisah dari anaknya untuk kunjungan singkat ke Kanada tahun itu juga, ia memerintahkan staf Kensington Palace agar memotret William setiap hari.

"Kami tidak mau kelewatan satu hari pun melihat perkembangannya."

Ketika tiba saatnya mencari pengasuh, Diana memilih Barbara Barnes.

Barnes tidak bersikap resmi-resmian. Ia tidak memakai seragam seperti umumnya pengasuh anak.

Kalau ruang anak-anak di istana biasanya penuh dengan petugas: ada penjaga pintu, pelayan kepala (pria) dan beberapa pengasuh, Barbara Barnes hanya dibantu seorang asisten tetap, Olga Powell, dan seorang asisten part time.

Begitupun masih ada yang berkomentar, "Bagaimanapun ramahnya Diana dan Charles, yaah, tetap saja suasana di Kensington Palace resmi sekali."

Meskipun sudah ada pengasuh anak, Diana tetap ingin melewatkan waktu sebanyak mungkin bersama anaknya.

Ia ikut menyuapi, memandikan dan mengganti popok anaknya.

Barnes sama sekali tidak keberatan, "Saya 'kan bertugas membantu Putri, bukan menyerobot perannya sebagai ibu."

Setiap tahun pada musim panas, keluarga kerajaan berlibur di Puri Balmoral, Skotlandia selama sebulan.

Mereka melewatkan waktu di daerah dingin itu dengan berburu dan memancing.

Namun, musim panas tahun lalu rupanya Diana berhasil membujuk suaminya untuk berlibur ke Spanyol yang udaranya panas.

Di sana mereka berenang dan bermain-main di pantai. Konon Diana semakin mementingkan piknik keluarga semacam ini.

Empat ribu kado

Beberapa bangsawan yang dekat dengan keluarga Wales berpendapat, Diana terlalu lunak menghadapi kenakalan William.

Waktu William masih lebih kecil, jarang sekali ia ditegur ibunya jika nakal. Paling-paling ia hanya dinasihati.

Pernah William tertangkap basah sedang minum limun. Diana cuma bilang, "Jangan, kamu tidak boleh minum ini, darling." Sekarang Diana lebih keras.

Musim panas tahun lalu, Diana mengajak William menonton ayahnya main polo.

Sementara Diana mengobrol dengan Duchess of York (istri Pangeran Andrew) William kecil merengek, "Saya ingin lihat kuda. Saya ingin es krim. Saya ingin minum!"

Akhirnya Diana menggandeng si anak rewel dan pulang ke Puri Windsor.

Anak manja, anak tak tahu adat. Begitulah sebutan anak yang bakal menjadi raja Inggris.

Diana bukannya tidak berusaha membuat anaknya tidak manja.

Di ruang anak-anak tidak disediakan televisi dan William boleh mengulum permen hanya pada acara-acara istimewa.

Pernah ketika William berulang tahun, Diana meminta ibu para tamu kecilnya memberi hadiah yang murah-murah saja, seperti buku atau crayon.

Tapi bagaimana William tidak sadar bahwa ia istimewa, jika pada ulang tahunnya yang pertama ia mendapat empat ribu kado?

"Saya rasa William sadar betul siapa dia," komentar seorang pengamat istana.

"Memang ini menyedihkan. Coba saja lihat tingkahnya bila sedang dikerumuni juru potret. Ia benar-benar pasang gaya di depan kamera."

Sejak bayi William sudah dilatih orang tuanya untuk menghadapi jepretan kamera. Mereka menyorot-nyorotkan lampu senter di wajahnya.

Yang Mulia si Berandal

Umur tiga tahun, William dimasukkan ke semacam kelompok bermain yang namanya Miss Mynor's Nursery School.

Charles dan Diana mendesak agar anak mereka diperlakukan sama seperti guru memperlakukan anak-anak lain.

Pada hari pertama, si kecil ini diperkenalkan kepada teman-temannya sebagai "William".

Waktu ia mulai makan bekal sebelum anak-anak lain mulai, seorang anak lain yang lebih tua menegur William seraya nyeletuk ia tidak sopan!

Di sekolah itu William sekarang terkenal gampang marah.

Jika sedang naik darah, ia berteriak, "Bapakku Pangeran Wales, dia bisa menghajar bapakmu!"

Tak heran ada koran-koran Inggris yang menyebut pangeran cilik ini "Yang Mulia si Berandal."

William dimasukkan ke TK yang menekankan pendidikan sopan santun.

Ini untuk pertama kalinya anggota keluarga Kerajaan Inggris bersekolah di TK swasta. (Ayah William, Charles, dulu

dididik oleh guru privat yang datang ke istana).

Diana ingin William punya banyak teman yang seusia agar bisa tumbuh normal seperti anak-anak umumnya.

Mungkin kalau nanti tiba saatnya William masuk ke sekolah menengah, orang tuanya akan menghadapi masalah yang lebih besar.

Biasanya keluarga kelas atas di Inggris mengirimkan anak-anaknya ke asrama begitu tiba saatnya, mereka masuk sekolah menengah. Asrama ini biasanya keras dan disiplin.

Charles sendiri sudah merasakan "bagian"nya, ketika ia bersekolah di Cheam sampai umur tiga belas tahun.

Kepala sekolahnya bercerita, "Pangeran sering menyendiri, muram dan sering menangis ingin pulang."

Setelah lulus dari situ, Charles dikirim ayahnya, Pangeran Philip, ke sekolah yang lebih "sadis" di Skotlandia.

Sekolah yang namanya Gordonstoun itu terkenal sebagai "campuran antara rumah yatim piatu zaman Victoria dan asrama tentara Scott."

Tiap pagi Charles harus lari sejauh ± 1 , 6 km lalu mandi dengan air dingin. Dulu ia pernah mengatakan kepada kawan-kawannya, di sana ia merasa seperti di "penjara".

Ia memohon-mohon kepada neneknya supaya membujuk orang tuanya agar mengeluarkannya dari situ.

"Saya memang tidak begitu menikmati masa sekolah saya. Tapi itu 'kan karena saya merasa jauh lebih bahagia di rumah," kata Charles bertahun-tahun kemudian.

"Namun berkat Gordonstoun saya punya kemauan yang keras dan mampu mengendalikan diri. Sekolah itu membuat saya dapat berdisiplin."

Dalam sebuah wawancara di televisi, Charles berkata, "Ada beberapa keuntungan mengirimkan anak kami ke asrama. Ia bisa belajar mengurus diri sendiri. Mungkin lebih baik kalau ia berlatih mengurus diri sendiri ketika masih kecil, daripada jika ia sudah besar. Saya rasa jika keadaan memungkinkan, baik juga kita merasakan kerasnya disiplin di sekolah-sekolah macam itu."

Diana yang ibarat induk singa yang garang sekali melindungi anak-anaknya, kemungkinan besar tidak akan setuju mengirimkan William ke Gordonstoun.

Sampai sekarang ia selalu menang dalam urusan anak-anak. Tetapi Charles semakin keras juga bersuara.

Misalnya begitu Barbara Barnes mengundurkan diri, ia malah mengajukan pengganti yang lebih disiplin.

Usianya 40 tahun, namanya Ruth Wallace. Charles menang.

William, si Badung

Ketika berlibur di Spanyol, kedua pangeran kecil menjadi mangsa empuk kamera televisi.

Kalau William pintar sekali bergaya, si bungsu Harry amat pemalu.

la suka mengulum ibu jari sambil menyandar ke bahu ibunya.

"Anak saya yang lembut," begitu Charles menyebut Harry.

Agaknya ia punya cukup alasan untuk menyebut Harry demikian, kalau melihat bagaimana tingkah anaknya yang sulung.

William pernah bertanya kepada bintang rock Bob Geldof, "Kenapa rambut Anda begitu kotor?"

Lain waktu, ia lari dari istana. Ketika akan keluar dari pintu gerbang, ia hampir ditabrak mobil yang akan masuk.

William pernah membunyikan alarm darurat di Puri Balmoral dan menenggak limun di dapur istana.

Kalau kenakalan semacam itu masih boleh dimaklumi, ada lagi yang sungguh-sungguh membuat orang mengelus dada.

Suatu kali, kedua anak itu ditinggalkan sebentar berdua oleh pelayan.

Waktu pelayan itu kembali, ia terperanjat bukan alang-kepalang melihat Harry sedang menggelantung di luar jendela dengan dipegangi kakaknya.

Jendela itu tingginya 10 m dan tanah di bawahnya berkerikil!. (Walker Monn)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1987)

Artikel Terkait