Penulis
Intisari-Online.com -Mata kita melihatnya sebagai bola api, sementara orang di Gunung Kidul sana menyebutnya pulung. Kehadirannya selalu mengundang rasa ngeri.
Pasalnya, ia dipercaya sebagai pembawa sasmita gaib. Ada saja musibah yang terjadi jika ia muncul. Bola api itu dianggap sebagai pembawa petaka.
Orang-orang di sana menyebutnya sebagai pulung gantung.
Tetapi, kengerian dan tanda tanya juga melanda negara maju seperti Amerika dan Eropa, meskipun keberadaannya tetap mengundang kontroversi.
(Baca juga:Chester Bennington Bunuh Diri: 3 Gejala Seorang Anak Alami Pelecehan Seksual)
--
Tukirah yang tidak kunjung sembuh dari sakitnya, meminta ibunya membelikan sawo.
Maka, Mbok Tumikern, janda berumur 60 tahun itu pun pergilah ke pasar. Ketika ia kembali, Tukirah sudah tewas tergantung di kusen ruang tamu rumah mereka.
Wanita itu menjerat lehernya sendiri dengan kain.
Peristiwa itu terjadi 9 September 1989 di Dusun Siraman II, kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Menurut para tetangga, rumah Mbok Tumikem ketiban (kejatuhan) pulung gantung, yaitu roh jahat yang berwujud bola cahaya sebesar kepalan, berekor, dan berwarna hijau kemerahan.
Kata mereka, pulung gantung inilah yang mendorong Tukirah bunuh diri.
Pulung, sebuah pertanda
Tukirah tewas menghadap ke utara. Beberapa bulan kemudian, di rumah tempat Tukirah menggantung diri, tetapi lebih ke utara, Solinah ditemukan tewas gantung diri dengan setagen.
Solinah ini anak Mbok Tumikem juga.
Kata orang, gara-gara pulung gantung datang untuk kedua kalinya ke rumah janda malang itu, Mbok Tumikem disarankan membongkar rumahnya.
Tapi kalau dibongkar, ke mana ia dan sisa keluarganya mesti tinggal? Mau dijual, siapa yang mau membeli rumah tempat dua orang pernah gantung diri?
Untuk mencegah pulung gantung menyatroni lagi rumahnya, setiap malam Mbok Tumikem tidur di depan pintu rumahnya.
Rupanya, pulung gantung lantas memilih korban lain.
Empat bulan kemudian, di sebuah dusun sebelah tenggara kediaman Mbok Tumikem, Noto Triman didapati tewas gantung diri.
Lalu pada hari Rabu Kliwon 9 Oktober 1991, Ngadimin alias Surip, warga Dusun Ngandong, Kecamatan Patuk di Kabupaten Gunung Kidul pula, mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.
Dengan tewasnya Surip, berarti di Kabupaten Gunung Kidul, selama kurun waktu 10 tahun terjadi 17 kasus bunuh diri.
Walaupun penduduk menuding pulung gantung, sesepuh Desa Siraman, Hadi Sumarto yang tahun 1991 itu berumur 74 tahun berpendapat, pulung bukanlah pendorong seseorang untuk bunuh diri, melainkan sekadar sasmita gaib atau petanda sesuatu akan terjadi.
Mantan anggota DPRD itu mengganggap pulung itu semacam Komet Halley.
Komet Halley yang berekor kembali ke pusat tata surya setiap 76 tahun. Terakhir kita melihatnya tahun 1986. Entah kenapa, pemunculannya sering dihubungkan dengan kedatangan petaka.
Komet adalah bongkahan es atau batu yang tersisa dari kelahiran tata surya. Komet mengorbit matahari. Kalau mendekati matahari ia mengeluarkan uap dan membentuk ekor dari debu dan gas.
Apakah benda ruang angkasa ini bisa dituding sebagai pulung gantung? Ataukah ada cahaya ajaib jenis lain?