Find Us On Social Media :

Waffen SS-Polizei, Dikenal sebagai Pasukan Berkuda Nazi Paling Kejam tapi Menjadi yang Paling Pengecut di Akhir Perang Dunia II

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 9 Juli 2017 | 16:30 WIB

pasukan berkuda Nazi

Intisari-Online.com - Satuan SS-Polizei Panzergrenadier Division dibentuk pada tahun 1939 dan para anggotanya kebanyakan berasal dari kepolisian regular yang dikontrol oleh Reichsfuhrer SS, Heinrich Himmler.

Pada awal pembentukkan anggota Polizei Division terdiri 15000 personel kepolisian yang selanjutnya mendapat pelatihan sebagai pasukan tempur.

(Baca juga: Nazi Jerman Boleh Jadi yang Pertama Membuat Helikopter Tempur, Tapi dalam Pengembangannya Justru AS dan Rusia yang Paling Diuntungkan)

Kekuatan tempur mulai dimiliki Polizei Division ketika kemampaunnya ditingkatkan menjadi Panzergrenadier, 4 th SS-Polizei Panzergrenadier Division.

Sebagai divisi yang menjadi salah satu kekuatan tempur Waffen SS-Polizei kemudian dikirim ke sejumlah medan Perang Dunia II ketika Nazi Jerman menyerbu Polandia dan Prancis.

Di Prancis, pasukan SS Polizei terkenal dengan cara bertempur menggunakan alat transportasi kuda dan bertarung di sepanjang sungai Aisne, Selat Ardennes, dan Hutan Argonne.

Setelah menunjukkan kehebatannya di merdan tempur Prancis, pasukan SS-Polizei ditransfer sebagai kekuatan cadangan di Army Group North lalu dikerahkan di medan perang Rusia.

Sebanyak 2000 personil SS-Polizei dibawah komando Arthur Mulverstadt bertempur mati-matian melawan pasukan Rusia yang jumlahnya lebih besar, sekitar 10.000 personel.

Pertempuran yang berlangsung di kawasan Luga itu bertujuan memperebutkan jembatan yang membentang di atas danau itu SS-Polizei yang bertarung secara frontal akhirnya berhasil menghancurkan pertahanan pasukan Rusia.

Pada tahun 1943 SS-Polizei masih bertempur di Rusia dan setelah berhasil menahan serangan balik pasukan Rusia di Kolpino, SS-Polizei kemudian ditugaskan di kawasan Balkan.

Sebagai pasukan yang dikenal sangat brutal dan kejam, SS-Polizei terlibat dalam aksi pembantaian ratusan penduduk sipil di desa Distomo, Yunani yang kemudian lebih dikenal dengan Distomo Massacre.

(Baca juga: Membicarakan Klender Mengingat Haji Darip, Jawara Lokal yang Begitu Menakutkan bagi Tentara Kolonial Belanda)