Penulis
Intisari-Online.com - Membangun citra diri yang positif di media sosial memang perlu, tetapi jangan sampai melakukan kebohongan.
Berdasarkan riset dari Learnvest, 56 persen generasi milenial mengakui mereka mengunggah foto di media sosial agar dinilai mampu berlibur atau makan di tempat yang lebih mahal dibanding kehidupan mereka sebenarnya.
Survei itu dilakukan terhadap 1.000 responden.
Tak sedikit pula orang yang sampai berhutang untuk membiayai gaya hidup palsu dari yang sebenarnya mereka mampu.
Ada juga orang yang membuat kebohongan di media sosial agar hidupnya dinilai sempurna dan bahagia.
(Baca juga: Perhatikan Tiga Strategi Ini Sebelum Meluncurkan Kampanye di Media Sosial)
Menurut Fran Walfish, ahli psikoterapi, banyak orang nekat melakukan pembohongan kepada pengikut di media sosial karena mereka ingin menimbulkan kecemburuan dan membuat diri mereka lebih disukai, terutama untuk para mantan dan pasangan mereka saat ini.
Namun, ada juga karena alasan nilai materialistis.
Selain itu, berdasarkan studi tahun 2012 yang dipublikasi diJournal of Personality and Social Psychology,generasi milenial memang lebih mengutamakan uang, penampilan dan ketenaran.
Apa pun alasannya, yang jelas unggahan tersebut berdampak negatif. Sebagian besar generasi milenial mengatakan merasa tertekan mengikuti gaya hidup orang yang dilihatnya di media sosial.
Pengeluaran pun akan bertambah karena tergiur memiliki gaya hidup teman yang dianggapnya sempurna. Menurut survei, tak sedikit orang yang membiayai sesuatu di luar kemampuannya, misalnya berlibur, gara-gara melihat foto keren orang lain di media sosial sedang liburan di tempat eksotis. (Kahfi Dirga Cahya)
(Artikel ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul: Buat Apa Menampilkan Kebahagiaan Palsu di Media Sosial?)