Penulis
Intisari-Online.com - Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Selasa (13/6) menemukan sebuah sel mewah dalam sebuah sidak di LP Cipinang Jakarta Timur.
Sel tersebut dihuni oleh Haryanto Chandra, terpidana 14 tahun untuk kasus narkoba.
Haryanto alias Gombak diketahui adalah anak buah dari Freddy Budiman, terpidana mati kasus narkoba yang telah dieksekusi pada 29 Juli 2016.
(Baca juga: Geledah Lapas Cipinang, Tim Penyidik BNN Temukan Sel Mewah dengan Fasilitas AC dan WiFi)
“Saat ini dia yang mengendalikan aset dari Freddy Budiman,” tutur Kombes Sulis, Humas BNN kepada Sapa Indonesia, Kompas TV.
Mengendalikan bisnis bernilai milyaran rupiah dari dalam lapas, Haryanto memiliki fasilitas yang mewah. Peralatan elektroniknya komplet mulai dari laptop, komputer tablet, beberapa buah handphone, serta sambungan internet melalui wifi.
“Ada juga token (internet banking) untuk melakukan transaksi,” kata Sulis.
Sulis menyatakan, sejauh ini BNN memiliki seluruh data transaksi Haryanto. Dari sinilah diketahui Haryanto sering mendatangkan narkoba dari luar negeri.
Di dalam sel Haryanto juga terdapat berbagai fasilitas lain seperti pendingan ruangan serta kamera CCTV. Kamera CCTV menyorot ke arah lorong di depan selnya dan dimonitor dari sebuah pesawat televisi.
“Jadi terbalik, bukannya petugas yang mengawasinya, tapi dia yang mengawasi petugas lapas,” kata Sulis.
(Baca juga: Sadarkah Anda Ada yang Tak Lazim dari Borgol yang Dikenakan Pelaku Persekusi Cipinang Muara?)
Dalam sidak, petugas BNN juga mendapati makanan yang tersedia untuk Haryanto begitu mewah untuk ukuran Lapas. Ada shabu-shabu (makanan Jepang) dengan daging wagyu. Semua itu lengkap dengan kompor kecil untuk merebus sayur-sayurannya.
Di dalam sel, Haryanto juga memiliki sebuah akuarium besar berisi ikan arwana.
Apakah di lapas tidak ada razia? Menurut Sulis, pihak dari Kemenkumham manyatakan selalu melakukan razia sebulan sekali. Tapi katanya tidak ditemukan apapun.
Tanpa bermaksud berprasangka negatif, kata Sulis, kemungkinan ada kerjasama antara Haryanto dengan oknum-oknum di lapas. Sehingga ketika dirazia, selnya selalu bersih.
Sulis mengatakan, para bandar besar seperti Haryanto ini dikenal licin. Bagaimana tidak, pada Agustus 2013, dia sebenarnya pernah dipergoki membuat sabu-sabu di dalam Lapas Cipinang.
“Dia ini ahli pembuat sabu. Kokinya dari Freddy Budiman,” kata Sulis.
Kini setelah Freddy Budiman tidak ada, rupanya Haryanto meneruskan bisnis narkoba dengan pihak luar.
Saat ini, menurut data BNN dari 72 jaringan peredaran narkoba, terdapat 54 jaringan yang dikendalikan dari dalam lapas.
Agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, menurut Sulis, harus ada perlakuan ekstrem terhadap narapidana bandar narkoba. “Seharusnya mereka dipenjara di pulau-pulau terluar. ”