Penulis
Intisari-Online.com - Aktris Nikita Willy bersama kekasihnya Indra Djokosoetono belum lama ini mengunjungi negara kecil di Asia Selatan, Bhutan.
Melalui akun Instagramnya, Nikita Willy dan kekasihnya membagikan foto-foto yang memperlihatkan keindahan dari Bhutan.
Beberapa foto memperlihatkan objek-objek indah diBhutan seperti jembatan layang di Thimphu yang dihiasi kain berwarna-warni, bangunan di dekat tebing di Tiger's Nest, bangunan di Dochula Pass, dan lainnya.
Baca Juga : Fakta Menarik Bhutan, 'Tanah Naga Guntur' yang Melarang Penjualan Tembakau
Dengan keindahan alam dan bangunannya, tak heran Nikita bersama kekasihnya mengunjungi tempat tersebut.
Terlebih, Bhutan disebut sebagai tempat paling bahagia di Bumi.
Namun, di balik kebahagiaan tersebut, ada rahasia gelap untuk mencapai perdamaian abadi di sana.
Ya, budaya di Bhutan mendorong orang-orangnya harus memikirkan kematian hingga 5 kali dalam sehari.
Baca Juga : 7 Cara Mengusir Nyamuk di Dalam Ruangan dengan Bahan Alami, Yuk Coba!
Yang menarik, rahasia ini terbukti juga secara sains.
Tahun 2007 lalu, psikolog Nathan DeWall dan Roy Baumeister dari Universitas Kentucky melakukan eksperimen yang hasilnya cukup mengejutkan.
Fakta bahwa kematian mengancam secara psikologis, tetapi ketika orang-orang merenungkannya, sistemnya secara otomatis mulai mencari pikiran-pikiran bahagia.
Ada dua alasan mengapa orang-orang Bhutan tidak takut pada kematian dan bahkan memandangnya sebagai rahasia kebahagiaan sejati.
Baca Juga : 'Kebun Binatang dari Neraka': Singa Tak Lagi Menakutkan, Tampak Kerempeng dengan Wajah Babak Belur
Pertama, di kerajaan kecil ini risiko kematian ada di sekitar mereka. Banyak cara untuk menemui ajal.
Orang-orang Bhutan dapat menemui musibah di jalan-jalan yang "berliku dan berbahaya" di negaranya.
Mereka juga bisa memakan jamur beracun, diserang oleh beruang, atau mati hanya karena terpapar udara.
Baca Juga : Kisah Mercusuar yang Justru Menenggelamkan Banyak Kapal daripada Menyelamatkannya
Kedua, orang Bhutan percaya pada konsep reinkarnasi.
Mereka bersahabat dengan kematian hanya karena asumsi bahwa mereka akan mendapatkan kesempatan lain untuk hidup.
Akrabnya orang-orang Bhutan dengan kematian juga didukung dengan adanya gambar kematian, terutama dalam ikonografi Budha di sudut negara itu.
Tidak seorang pun, bahkan anak-anak, tidak terlindung dari gambar-gambar ini, atau dari ritual yang memperagakan kembali kematian.
Penekanan yang kuat pada kebahagiaan ini telah menyebabkan Bhutan mengembangkan Indeks Gross National Happiness (GNH).
Sejak tahun 1970-an, kerajaan terpencil ini menolak anggapan bahwa Produk Domestik Bruto adalah satu-satunya ukuran kemakmuran.
Sebaliknya, Bhutan menggunakan GNH untuk mengevaluasi kemajuan dan perkembangannya. (Masrurroh Ummu Kulsum)