Dalam Buku Pamungkasnya, Stephen Hawking Tetap Nyatakan ‘Tidak Ada yang Namanya Tuhan’

Ade Sulaeman

Penulis

Sebelum Stephen Hawking meninggal dunia, dia sedang menulis buku. Dan pada Selasa kemarin, buku terakhirnya diterbitkan.

Intisari-Online.com – Anda tahu Stephen Hawking?

Stephen Hawking adalah seorang fisikawan dan salah satu ilmuwan terbesar yang pernah ada di dunia.

Pria kelahiran 8 Januari 1942 ini punya banyak teori yang membuat kita terbelalak kaget. Mulai dari bom, alien, hingga teknologi.

Bahkan walau ia telah meninggal dunia pada 14 Maret 2018 di usia 74 tahun, Hawking masih memberitkan ‘pikirannya’ kepada kita semua.

Baca Juga : Kocak, 7 Meme Twitter #YoutubeDown Ini Bikin Kesalmu Karena Gagal Nonton Youtube jadi Hilang!

Dilansir dari CNN pada Selasa (16/10/2018), sebelum ia meninggal dunia, Hawking sedang menulis buku. Dan pada Selasa kemarin, buku terakhirnya diterbitkan.

Menurut pihak keluarga, Hawking meninggal saat masih mengerjakan buku ini.

Oleh karenanya, keluarga dan rekan-rekannya menyelesaikannya dengan bantuan arsip pribadinya yang sangat luas.

Apa isi buku tersebut?

Dalam buku tersebut, Hawking memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang Hawking pikirkan selama ini.

Jadi, bisa dibilang buku tersebut berisi tentang pemikirannya selama di Bumi.

Contoh, keyakinan bahwa ada kehidupan asing di luar sana, kecerdasan buatan (AI) yang dapat mengakali manusia, hingga perjalanan waktu tidak dapat dikesampingkan.

Namun ada satu yang menjadi perbicangan hangat, yaitu Hawking menulis bahwa tidak ada Tuhan.

"Tidak ada Tuhan. Tidak ada yang mengarahkan alam semesta," tulisnya dalam “Brief Answers to the Big Questions” atau “Jawaban Singkat untuk Pertanyaan Besar”.

"Selama berabad-abad, diyakini bahwa orang-orang cacat seperti saya hidup di bawah kutukan yang ditimbulkan oleh Tuhan," tambahnya.

"Tapi saya lebih suka berpikir bahwa semuanya dapat dijelaskan dengan cara lain, oleh hukum alam."

Baca Juga : YouTube Sempat 'Down', Ini 4 Alternatif Situs Berbagi Video Gratis yang Bisa Diakses

Diketahui Hawking menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS), sebuah gangguan saraf motorik yang juga dikenal sebagai Lou Gehrig's Disease.

Penyakit ini lantas melumpuhkan tubuhnya secara perlahan selama puluhan tahun.

Sepanjang hidupnya, Hawking berkomunikasi menggunakan satu otot pipi yang tersambung dengan alat bicara.

Ia juga duduk di kursi roda selama ini.

Dalam buku, Hawking berbicara tentang kurangnya kepercayaannya pada Tuhan selama hidupnya.

Berikut beberapa jawabannya.

"Ada bentuk-bentuk kehidupan cerdas di luar sana," tulisnya.

"Kami harus waspada untuk menjawab kembali sampai kami telah mengembangkan sedikit lebih jauh."

Hawking juga mengatakan ada kemungkinan fenomena lain.

"Perjalanan kembali ke masa lalu tidak dapat dikesampingkan sesuai dengan pemahaman kami saat ini," katanya.

Dia juga memprediksi bahwa "dalam seratus tahun ke depan kita akan dapat melakukan perjalanan ke mana saja, termasuk ke Matahari”.

Baca Juga : Anggota Basarnas Ini Tetap Lakukan Misi Kemanusiaan di Palu Meski Istrinya Sakit Keras hingga Akhirnya Meninggal

Selain itu, Hawking melihat dunia di ambang "perubahan transformatif besar”.

"Kita tidak bisa pergi ke masa depan tanpa mencoba mencari tahu seperti apa masa depan.”

“Oleh karenanya, kita harus mengenal dengan baik kemajuan teknologi.”

“Hanya saja, jangan dibutakan dengan teknologi tersebut.”

Lucy Hawking, putri Hawking, menjelaskan alasan dia membantu menyelesaikan buku tersebut.

“Ayah menyadari bahwa orang-orang secara menginginkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini secara khusus," ucap Lucy.

“Contoh, ayah pernah berkata ‘betapa terbaginya kita’.”

"Dia membuat komentar tentang bagaimana kita tampaknya kehilangan kemampuan untuk melihat keluar, dan kita semakin mencari ke dalam diri kita sendiri."

Dalam bab terakhir bukunya, ada pertanyaan.

"Bagaimana kita membentuk masa depan?".

Lalu Hawking menulis, "Ingatlah untuk melihat bintang-bintang dan bukan ke bawah pada kaki Anda.”

Baca Juga : 15 Ribu Unit Terjual Habis dalam 10 Menit, akankah Real Me 2 Jadi Idola Baru yang Mengungguli Xiaomi?

Artikel Terkait